Remaja Lintas Agama di Malang Peringati International Tolerance Day
“Oleh karena kami bersatu padu dalam gerakan “pemuda lintas iman” demi menangkal kelompok-kelompok radikalisme, rasisme dan kaum-kaum fundamentalis
TRIBUNNEWS.COM,MALANG – Puluhan remaja di Kota Malang menggelar diskusi toleransi agama untuk memperingati International Tolerance Day, yang diperingati tiap 16 November.
Diskusi diselenggarakan di Kedai Tjangkir 13, Jalan Cengger Ayam, Minggu (16/11/2014) malam.
Diskusi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Gusdurian (GARUDA), Ngalam Peace Leader (NgaPeL), Forum Komisi Pemuda Remaja Gereja Kristen Indonesia (KPR) Malang, dan Dewan Pembina Pemuda Dan Mahasiswa Gereja Kristen Jawa (GKJW) Malang.
Kegiatan ini berlangsung selama sehari penuh dengan diawali pernyataan sikap oleh enam kelompok ini di areal Car Free Day Malang, Jalan Raya Ijen, dilanjutkan dengan pengumpulan 1001 tanda tangan di atas spanduk putih, hingga diakhiri dengan diskusi toleransi agama di Kedai Tjangkir 13.
Diskusi yang juga diikuti kegiatan nonton bareng 40 Years of Silence ini difasilitasi oleh seniman yang aktif di toleransi agama, Aji Prasetyo, dan dihadiri oleh Wasis Sasmito (sesepuh Gusdurian), Barokat Anas (pendiri Gerakan Gusdurian Muda di Malang), dan Daniel (Ketua KPR GKI Malang).
“Tujuan dari kegiatan ini untuk mengkampayekan toleransi antar umat beragama, kemanusiaan dan keadilan demi terciptanya hidup damai di bumi arema ini,” kata M Fauzan, Kordinator kegiatan ini, Minggu malam.
Menurut Fauzan, Malang merupakan wilayah yang diam-diam menghanyutkan.
Maksudnya, wilayah ini semula tenang. Jarang terjadi kekerasan, intoleranasi dan diskriminasi yang mengatasnamakan agama.
Sayangnya, ketenangan itu beberapa hari terakhir ini terganggu dengan temuan deklarasi ISIS di Dusun Sempu, Desa Gading Kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dan deklarasi “Anti-Syiah” di Karang ploso.
“Oleh karena kami bersatu padu dalam gerakan “pemuda lintas iman” demi menangkal kelompok-kelompok radikalisme, rasisme dan kaum-kaum fundamentalis yang mulai menjamur di kota “salam satu jiwa” ini,” paparnya.