Kasihan! Bayi Kembar Asal Kalsel Ini Tinggal di Gubuk Kecil, Air untuk Bikin Susunya Dari Sungai
NASIB bayi kembar, Nazma dan Jazla, sungguh bikin siapa pun yang melihat bakal terenyuh.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, MARABAHAN - NASIB bayi kembar, Nazma dan Jazla, sungguh bikin siapa pun yang melihat bakal terenyuh. Kemiskinan yang mendera orangtuanya membuat keduanya hanya tergantung pada susu sachet. Ayah ibunya tak sanggup membeli susu kaleng.
Susu bubuk diberikan karena sang ibu tak bisa lagi memberikan ASI. Apalagi dia harus bekerja meninggalkan rumah.
Kedua bayi lucu ini tinggal bersama orangtuanya di gubuk berukuran 2x2 meter persegi di Jalan Trans Kalimantan Kilometer12,5 Handil Pinang I, Kabupaten Baritokuala Kalimantan Selatam. Gubuk ini malah mirip kandang daripada rumah.
Orangtua Nazma dan Jazla hanya bekerja serabutan termasuk menjual daun ubi kayu.
Kondisi orangtuanya tidak lebih baik dari Nazma dan Jazla. Lantaran kerap hanya makan nasi berlauk garam, sang ibu sering sakit.
Untuk mencapai lokasi gubuk berukuran 2x3 meter yang dihuni Santi dan dua anak kembarnya (Nazma dan Jazla) tidak mudah. Lokasi Handil Pinang I Desa Sungailumba Kecamatan Alalak, Baritokuala itu ditempuh dalam waktu 30 menit.
Itupun hanya sampai di ujung jalan Handil Pinang I. Untuk bisa sampai ke gubuk itu harus melewati jalan tanah keras sekitar satu kilometer.
Tidak sampai di situ saja, para dermawan maupun warga yang tersentuh hatinya pun harus melintasi jembatan kayu setapak dan tanah liat berair yang dibuat seadanya.
Kondisi serba memprihatinkan terlihat jelas saat Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network) menyambangi gubuk 'minimalis' di Handil Pinang I Desa Sungailumba, Kecamatan Alalak, Baritokuala, Sabtu (22/11/2014).
Gubuk berukuran 2x3 meter yang keseluruhan terbuat dari kayu, beratap daun rumbia dan terpal itu selama setengan bulan terakhir ditempati oleh Santi dan dua anak kembarnya Nazma dan Jazla.
"Ya, kalau hujan kadang airnya masuk. Kalau nyamuk banyak lagi," ucap Santi ibu dari si kembar, sembari memasak sayur menggunakan tungku dan kayu bakar di luar gubuknya.
Kondisi tempat tinggal yang berukuran 2x3 meter terbuat dari kayu, beratap daun rumbia dan terpal seadanya membuat Santi harus berjuang seadanya.
Ia pun tak bisa bergerak bebas ketika berada di dalam gubuknya itu. Bahkan, tempat mandi cuci kakus (MCK) tidak punya.
"Sebelum ada bantuan, anak ulun (saya) minum susu dan bubur. Airnya dari sungai di depan ini. Kayapa lagi, kadada napa-napa (Gimana gak ada apa-apa). Alhamdulillah, sekarang banyak yang membantu beri susu bubuk dan popok," ucap Santi.
Santi dan dua buah hatinya ini terbiasa terkena air hujan. Nyamuk pun seperti sahabat yang setia menemani mereka. "Ya, kalau hujan kadang airnya masuk. Kalau nyamuk banyak lagi," ucap Santi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.