Distribusi Biji Kakao Dari Sulsel ke Pulau Jawa Capai Rp 1,4 Triliun
Distribusi biji kakao dari Sulsel ke Pulau Jawa mencapai Rp 1,4 triliun hingga akhir 2014.
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.MAKASSAR- Sekitar 70 persen dari 100 ribu ton prediksi produksi biji kakao Sulsel hingga akhir tahun ini mengalir ke Pulau Jawa. Saat ini, sekitar 30 pengusaha membanderol biji kakao di Sulsel berkisar Rp 20 ribu-Rp 25 ribu per kilogram (kg).
Dengan kisaran itu diperkirakan distribusi biji kakao dari Sulsel ke Pulau Jawa mencapai Rp 1,4 triliun hingga akhir 2014. “Kita masih tunggu hingga akhir Desember ini,” kata Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Sulsel, Yusa R Ali, kepada Tribun, Selasa (2/12/2014).
Jumlah tersebut belum termasuk biji kakao yang dihasilkan pabrik pengolahan kakao di daerah ini. PT Mars Symbioscience Indonesia yang bisa memproduksi 500-650 kilogram (kg) per hektare (ha) pertahun. Mars memproduksi biji kakao menjadi bubuk cokelat, mentega cokelat, pasta coklat, dan cocoa fllavanoals, untuk pasar ekspor.
Menurutnya, distribusi ke Pulau Jawa karena pengusaha biji kakao di Sulsel masih terkendala biaya ekspor yang dipatok sekitar 10 persen dari harga jual. Biaya tersebut, kata Yusa, masih cukup tinggi bagi pengusaha di daerah ini. Sedangkan, kendala peningkatan produksi kakao di Sulsel tahun ini yakni penuaan tanaman dan munculnya hama.
Untuk itu, Askindo berharap pemerintah bisa bekerja sama dengan pengusaha mengatasi kendala tersebut untuk mendorong hasil produksi maupun kualitas kakao dari daerah ini.
Kakao
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, belum lama ini, nilai ekspor kakao Sulsel justru meningkat. Bahkan, menempati peringkat kedua komoditas ekspor terbesar.
Nilai ekspor kakao pada Oktober 2014 mencapai 23,61 juta dolar AS atau berkisar Rp 283,320 miliar (kurs Rp 12 ribu per dolar AS). Jumlah tersebut meningkat 6,10 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan meningkat 24,14 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Total nilai ekspor kakao Sulsel periode Januari-Oktober 2014 mencapai 216,48 juta dolar AS atau berkisar Rp 2,597 triliun. Menurut Yusa, peningkatan nilai dipengaruhi bursa kakao dunia serta penguatan dolar AS. Tapi untuk hasil produksi relatif sama bahkan cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.
Bagi 1,5 Juta Bibit Tahun Depan
Dinas Perkebunan (Disbun) Sulsel berencana membagikan sekitar 1,5 juta bibit kakao senilai Rp 5 miliar bagi petani kakao di Sulsel untuk mengatasi penuaan tanaman pada tahun depan.
“Kita bisa remajakan nanti karena luas areal sudah tidak bisa terlalu banyak ditambah karena terbatas,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan Sulsel Andi Ardin Tjatjo, belum lama ini. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun ini sekitar 1,3 juta bibit kakao sambung pucuk senilai Rp 4 miliar.
Pembibitan sambung pucuk di lahan 120 hektare (ha) dari 269 ha total lahan kakao Sulsel. Selain peremajaan, melalui intensifikasi dengan pemangkasan dan pemupukan kembali tanaman tua serta rehabilitasi tanaman yang tidak produktif dengan metode sambung samping.(rul)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.