"Kami Orangtua Tak Bisa Membayar Jasa Mereka"
"Kami sebagai orang tua tidak bisa membayar jasa mereka. Kami hanya bisa mengucapkan terima kasih," kata Andini.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Zainuddin
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tiga tahun lalu, Andini tidak sebangga seperti sekarang. Mulai bisa tersenyum, bangga anaknya berubah drastis di bawah asuhan orang-orang yang ia sebut luar biasa.
Andini seperti orangtua lain pada umumnya, tak sekali dua kali mengeluh. Semuanya satu keinginan, anaknya mengalami perubahan berarti, meski kondisinya lain dari anak pada umumnya.
Setelah tiga tahun berlalu, anak Andini sudah bisa beradaptasi, dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, baik di sekolah dan di rumah. Tak ada yang bisa ia berikan kepada pengasuhnya.
"Kami sebagai orang tua tidak bisa membayar jasa mereka. Kami hanya bisa mengucapkan terima kasih," kata Andini kepada Surya di Surabaya, Sabtu (13/12/2014).
Anak Andini berubah setelah tiga tahun menjadi siswa inklusi di sekolah khusus. Sebagai orangtua, Andini sadar mendidik anaknya yang memiliki banyak kekurangan dan berkebutuhan khusus.
Rasa putus asa itu tak menghinggapi para guru dan pendamping siswa berkebutuhan khsusu di SDN Klampis Ngasem I/246. Dengan penuh sabar, mereka membimbing siswa sampai berubah seperti sekarang.
Sedikit demi sedikit, kekurangan siswa berkurang. Semua kekurangan itu berubah menjadi kelebihan. Dulu mereka ada yang tak bisa menggerakan anggota badan, kini sudah bisa, bahkan bisa menari.
Berangkat dari kekurangan itu, anak-anak inklusi mulai membuktikan Kelebihan mereka di peringatan Hari Peduli Disabilitas Internasional. Berjalannya waktu, para siswa ini berkembang.
Menurut Andini, para guru tidak pernah lelah dan bosan mendengar keluhan orang tua siswa. "Para guru juga bersedia mencarikan solusi," tambahnya.
Berkat Kejelian Guru
Mendidik siswa berkebutuhan khusus berbeda dengan mendidik siswa normal. Kesabaran harus menjadi bawaan guru ketika menghadapi para siswa baik di dalam dan di luar kelas.
Kepala Sekolah SDN Klampis Ngasem I/246, Martiningsih mengaku kemampuan siswa bervariasi kali pertama masuk sekolah. Ada yang tak mampu menggerakkan anggota tubuh secara normal.
"Kami ajarkan mereka beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Ada yang sampai dua tahun baru bisa beradaptasi dan berinteraksi," kata Mardiningsih.
Sekian lama mendidik, wajah-wajah orangtua siswa pun sumringah. Anak-anak mereka di bawah Asuhan Mardiningsih dan kawan-kawan membuahkan hasil bagus.
Para siswa inklusi itu tampil lepas, percaya diri di menunjukkan kemampuannya di depan orangtua mereka di festival bahasa Inggris, membagi bunga kertas karya siswa, dan sebagainya.
Meski Hari Peduli Disabilitas Internasional yang jatuh tiap 3 Desember diperingati sangat sederhana di SDN Klampis Ngasem I/246, Sabtu (13/12/2014) pagi, semuanya gembira.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.