Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pria Difabel ini Sempat Tiga Jam Tertimbun Tanah

Wawan yang menggunakan satu kaki palsu, berhasil selamat, meski separuh tubuhnya telah tertimbun tanah.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Pria  Difabel  ini  Sempat  Tiga Jam Tertimbun Tanah
Disaster Management Centre (DMC) Dompet Dhuafa
Proses evakuasi korban longsor di Karangkobar, Banjarnegara. 

 TRIBUNNEWS.COM.BANJARNEGARA- Bencana tanah longsor yang menimpa Dusun Jemblung RT 05/RW 01 Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang terjadi Jumat (12/12/2014) sore, menyisakan duka mendalam bagi korban selamat. 

Mereka yang lolos dari maut, bercerita bagaimana bencana dahsyat yang menimbun dusun mereka terjadi. Kisah dramatis di antaranya terjadi pada Wawan Wahyuni (20), warga dusun yang selamat dari longsor. 

Wawan yang menggunakan satu kaki palsu, berhasil selamat, meski separuh tubuhnya telah tertimbun tanah. Bahkan saat diselamatkan, satu kaki Wawan masih tertinggal di dalam tanah.

 Wawan mengatakan, sesaat sebelum kejadian longsor itu ia bersama kelima keluarganya sedang berada di dalam di rumah. Setelah longsor pertama dan kedua, warga meminta ia dan keluarganya segera lari dari rumah. Wawan justru meminta bibinya Khotimah yang dibawa ke tempat aman dahulu.

Khotimah saat itu dalam kondisi hamil 9 bulan. "Pas longsoran pertama dan kedua, warga sudah meminta saya dan keluarga segera lari dari rumah. Tapi saya bilang, bibi Khotimah dulu yang dibawa. Saya dan lainnya segera menyusul," ungkapnya.

Namun, setelah bibinya dibawa oleh warga, longsor ketiga pun terjadi dan meluluhlantahkan puluhan rumah warga di desanya. "Sesaat sebelum longsor ketiga, nenek, kakek dan kedua saudara saya sudah lari duluan karena panik. Karna saya tidak bisa berlari cepat, dan saya harus mengunci rumah dulu makanya saya tertinggal di depan rumah," kata dia.

Saat itu, Wawan sudah sampai di depan rumah hendak berlari. Namun terlambat, longsoran tanah sudah sampai depan rumah. Semakin lama semakin banyak dan menimbun separuh badannya. "Pas saya lihat di depan rumah, tanah longsor sudah setinggi satu meter, saya bingung dan berteriak minta tolong di depan rumah. Setelah beberapa menit kemudian, longsoran tanah masuk ke halaman depan rumah dan akhirnya menimbun separuh badan saya," katanya.

Berita Rekomendasi

 Saat itu, longsoran tanah sudah menutupi seluruh jalan bahkan rumah-rumah yang berada di sebelahnya. "Ya sudah, saya ngga tahu mau lari kemana, di sana-sini semuanya penuh lumpur. Saya hanya pasrah berdiri di depan rumah. Saya memegang tiang penyangga rumah sampai tubuh saya separuh tertimbun lumpur," katanya.

Separuh tubuhnya tertimbun lumpur selama tiga jam di depan rumah, sebelum diketahui oleh Tim SAR. Ia terus berteriak minta tolong. "Jumat (12/13) malam itu, dengan kondisi tubuh saya tertimbun lumpur dan gelap gulita, saya memejamkan mata dan berteriak-teriak minta tolong," ungkapnya.

Mendengar teriakan-teriakan minta tolong, sekitar 20 anggota Tim SAR yang saat itu hanya menggunakan senter, berusaha mencari ke arah sumber suara. Setelah dua jam lebih, akhirnya Wawan ditemukan oleh Tim SAR.

 "Alhamdulilah saya bisa selamat setelah ditolong oleh Tim SAR. Meskipun kaki palsu saya sempat copot, saya bisa dikeluarkan dari timbunan lumpur dan dibawa ke rumah warga," katanya. Bibi Wawan, Khotimah (25) warga Dusun Jemblung RT 05/RW 01 Desa Sampang Kecamatan Karangkobar juga berhasil selamat dari timbunan longsoran tanah tebing di desanya. Meskipun kakinya lecet-lecet dan badannya masih lemas, Khotimah sangat bersyukur nyawanya bisa selamat.

Perempuan yang hamil sembilan bulan itu, panik ketika melihat longsoran tanah tebing menimpa puluhan rumah di desanya. Tepat saat kejadian, Dia dan kelima anggota keluarganya, termasuk wawan sedang berada di dalam rumah. "Longsor terjadi menjelang waktu salat magrib," ujar Khotimah di Puskesmas Karangkobar, kemarin. Sekitar pukul 17.30, ia dan kelima keluarganya mendengar suara gemuruh yang berasal dari belakang rumahnya. Khotimah di rumah tinggal bersama kakek, nenek, kakak, adik dan Wawan. Mereka berenam kemudian keluar rumah untuk memastikan apa yang terjadi.

"Saya syok ternyata suara gemuruh itu berasal dari reruntuhan tanah tebing. Langsung saja saat itu juga kami panik dan langsung keluar rumah," katanya. Ia mengaku, suara gemuruh yang disertai reruntuhan tanah longsor itu terdengar tiga kali.

"Pas longsor yang pertama dan kedua hanya berselang beberapa detik saja, setelah itu disusul longsoran yang ketiga. Longsoran yang terakhir inilah yang sangat besar, sehingga menimbun seluruh rumah yang berada di dusun," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas