Sekolah Ceria Hapus Trauma Anak Korban Longsor Banjarnegara
Tim kemanusiaan Dompet Dhuafa bersama elemen relawan lainnya di lapangan terus melakukan evakuasi untuk mencari korban yang tertimbun longsor.
Editor: Rendy Sadikin
Kiriman dari Dompet Dhuafa
BANJARNEGARA — Puluhan anak pengungsi korban longsor Banjarnegara mendapatkan terapi psikologis di kamp pengungsian Perhutani Karangkobar, Desa Laksana, Banjarnegara pada Ahad (14/12).
Terapi psikologi tersebut tersaji dalam Sekolah Ceria yang digelar Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan mahasiswa Kedokteran Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
“Sebanyak 20 mahasiswa kedokteran UMP terlibat dalam Sekolah Ceria ini. Selain di Perhutani Karangkobar, tim relawan Sekolah Ceria juga menggelar di 3 titik pengungsian lainnya,” ungkap Kepala Cabang Dompet Dhuafa Jawa Tengah, Imam Baihaqi yang berada di lokasi.
Sekolah Ceria bertujuan memberikan terapi anak-anak korban longsor agar tidak trauma dengan cara bermain dan belajar ringan. Dengan begitu, mereka diharapkan tidak jenuh dan larut dalam kesedihan selama mengungsi.
Bencana alam memang tidak hanya menyebabkan masyarakat yang menjadi korban kesulitan mendapatkan pangan, tetapi juga akan menimbulkan efek traumatik bagi masyarakat yang terkena musibah tersebut.
Belum lagi suasana kehidupan yang serba darurat, terutama di tempat-tempat pengungsian membuat para korban tertekan dan mengalami kondisi depresi maupun faktor psikologis lainnya.
Terkait bencana longsor yang terjadi di Banjarnegara ini, sejak Kamis (12/12) malam, Dompet Dhuafa telah bergerak menuju lokasi kejadian menyusul tim pertama yang sudah lebih dahulu berangkat untuk penanggulangan bencana banjir.
Saat ini, tim kemanusiaan Dompet Dhuafa bersama elemen relawan lainnya di lapangan terus melakukan evakuasi untuk mencari korban yang tertimbun longsor.(gie)