Museum Tsunami Aceh, Paling Kontemporer di Indonesia
rakyat Aceh akan "dikutuk" seumur hidup apabila menyia-nyiakan keberadaan Museum Tsunami yang telah dibangun di Banda Aceh.
Editor: Sugiyarto
*Rakyat Aceh Dikutuk, kalau Membiarkannya Mubazir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurator seni rupa dan pengamat museum Indonesia, berdarah Aceh, Merwan Yusuf menyatakan rakyat Aceh akan "dikutuk" seumur hidup apabila menyia-nyiakan keberadaan Museum Tsunami yang telah dibangun di Banda Aceh.
"Museum Tsunami merupakan satu-satunya museum paling kontemporer di Indonesia yang dibangun di era modern dan sekaligus sebagai monumen peristiwa tsunami atau smong. Kita, rakyat Aceh akan 'dikutuk' sampai mati lantaran membiarkan museum itu mubazir," kata Merwan Yusuf dalam pertemuan dengan Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al Haytar, di Jakarta, Senin (15/12) malam.
Ia menyebutkan, kebanyakan museum di Indonesia menggunakan gedung bekas peninggalan Belanda. "Inilah antara lain yang membedakannya dengan museum tsunami yang dibangun khusus," kata Merwan Yusuf, yang belajar soal museum di Prancis.
Museum tsunami dirancang oleh arsitek kenamaan Indonesia, Ridwan Kamil, yang sekarang menjabat Walikota Bandung.
"Ridwan Kamil mempertanyakan keberadaan museum itu kepada saya, dan kita prihatin karena museum dibiarkan mubazir," tukas Merwan Yusuf.
Pada 2009 silam, bertepatan dengan Pekan Kebudayaan Aceh V, Merwan Yusuf pernah menyelenggarakan pameran lukis dan lelang lukisan karya pelukis Aceh korban tsunami di museum tersebut.
"Ketika itu saya mendapat perintah dari Wakil Gubernur Muhammad Nazar. Lukis-lukisan yang laku, langsung didonasikan sebagai koleksi museum. Itu sejarah, karena baru pertama terjadi di Indonesia. Tapi saya tidak tahu lagi bagaimana nasib lukisan tersebut," lanjut Merwan prihatin.
Merwan Yusuf minta perhatian Wali Nanggroe untuk memfungsikan kembali museum tersebut dengan sempurna. "Museum itu bisa langsung memperkuat peradaban Aceh," tukas Merwan yanf pernah menjadi kurator di Galeri Nasional dan Dewan Kesenian Jakarta.
Dalam pertemuan yang sama, seniman dari Siemeulue, Yoppi Smong mengusulkan agar mengganti nama museum tersebut menjadi "Museum Smong." Dalam bahasa Simeulue, smong adalah istilh lain tsunami yang berasal dari Jepang. "Smong itu adalah peradaban kita," kata Yoppi yang mendirikan Komunitas Siar Smong di Jakarta.(fik)