Travel Indie Eksis di Dunia Maya
“Saya sedang mencari tempat wisata untuk liburan sekarang ini,” katanya.
TRIBUNNEWS.COM,MALANG - Kemudahan akses informasi internet membuat kehidupan travel indie kian bergeliat.
Travel indie, adalah travel yang mencoba eksis di luar jalur mainstream. Mereka rajin mempromosikan tempat wisata yang baru, unik, menantang, atau ekstrem sekalipun.
Alhasil ini tidak bisa didapat dari biro-biro perjalanan. Melalui berbagai situs jejaring sosial, website, bahkan adapula yang menggunakan SMS itulah mereka memperkenalkannya.
Rabu (17/12) siang, Ida Ayu Purnama Dewi duduk santai di sebuah taman di kampus Universitas Brawijaya. Ia memainkan ponselnya, dan berselancar di web kaskus.co.id.
“Saya sedang mencari tempat wisata untuk liburan sekarang ini,” katanya.
Berselancar dengan web, adalah salah satu cara dara kelahiran 1989 ini untuk mendapatkan informasi seputar tempat wisata.
Kaskus ia pilih karena tempat wisata yang direkomendasikan seringkali anti mainstream. Maksudnya, sedikit biro perjalanan wisata yang menawarkan tempat itu.
Ia lalu mencontohkan dengan Air Terjun Coban Anjlok, yang lokasinya berdekatan dengan Pantai Bolu-Bolu.
Biro perjalanan wisata nyaris tidak ada yang menawarkannya karena untuk mencapai lokasi wisata di Dusun Lenggoksono, Tirtoyudo, Kabupaten Malang ini susah dicapai. Padahal tempatnya elok.
Saat ini banyak bermunculan komunitas-komunitas backpacker. Mereka giat sekali menyampaikan tempat-tempat lokasi wisata baru, yang jarang didapatkan dari biro-biro perjalanan.
Tidak jarang pula, para backpacker tersebut lantas mengembangkan hobinya sebagai ladang bisnis.
Mereka inilah yang gencar membikin travel indie dengan tawaran tempat wisata nonmainstream.
Salah satunya adalah Traveler Malang. Biro perjalanan yang berlokasi di Jalan Karya Wiguna 88, Kota Malang ini sudah ratusan kali melayani perjalanan ‘khusus’ sejak 2010 lalu. Lokasi tujuannya beragam.
“Kami tentu menyesuaikan dengan budget klien. Kalau dananya sekian, maka paketnya seperti ini-ini,” papar RJ Fatahilla (24), salah satu founder Traveler Malang.
Traveler Malang diawali dari Hobi Hilla (sapaan Fathailla) bersama Muhammad Arief Zainnudin (27), yang menggemari backpacker dan mencari tempat wisata baru. Hobi itu lantas menarik banyak peminat, lalu terjunlah mereka ke bisnis sejak 2010 lalu.
Hilla bercerita meski menawarkan tempat wisata di luar mainstream, klien yang datang didominasi pekerja kantoran.
Mereka umumnya mencari lokasi wisata yang sesuai dengan kantong, dan sudah tenar. Misalnya saja, Bromo, Semeru, Omah Kayu, Museum Angkut.
Kepercayaan seperti itu, didapat Hilla dengan jalan yang mudah. Ia hanya cukup mengandalkan promosi teman-temannya.
“Paling efektif ya itu, dari mulut ke mulut. Mereka sudah langsung percaya,” katanya sambil tertawa.
Meski demikian, tidak jarang pula ia memberi informasi lewat sosial media akun twitternya, @travelermalang. Di akun itu ia memberi tahu paket wisata, serta tempat-tempat wisata yang dikunjunginya.
Biaya wisatanya juga terbilang murah. Untukk perjalanan wisata Kota Malang saja, yakni meliputi rumah Oen, splendid, simpang balapan Ijen, secret zoo, museum angkut, coban rondo, paralayang, rumah pohon serta wisata Bromo, ia hanya mematok Rp 450.000 per orang.
Nah, inilah yang seringkali jadi incaran para remaja borjuis, walaupun dalam jumlah yang sedikit.
“Kami lebih ke wisata yang budget karena ini lebih murah dari yang lain,” katanya.
Walaupun demikian murah, ia menjamin kalau pelayanannya tidak kalah dengan yang sudah bernama.
Hal serupa juga diungkapkan Travel Indie yang lain, Easy Adventure Trip. Amin Mulyanto, owner Easy Adventure Trip yang juga salah satu travel indie di Malang, juga mengatakan bahwa wisatawan Indonesia lebih menyenangi tempat wisata yang murah.
Karena itu pula ia sering hunting lokasi wisata baru, lalu mempublikasannya di website mereka EasyAdventureTrip.com, berikut dengan informasi harga wisata tersebut. Walau demikian, ia memastikan tempat wisata ini aman.
“Kami sudah ada tim yang sudah memastikan itu,” paparnya.
Selain TravelerMalang dan Easy Adventure Trip, masih ada travel indie lain yang kehadirannya menjamur di Malang ini.
Travel indie merupakan sebutan bagi agensi travel yang independen, dan belum memiliki ijin usaha. Mereka umumnya bekerja atas dasar kesenangan, dan mengelola kepercayaan pada konsumen.
Pemilik Biro Usaha Travel dan Rent Car, Malang Tourism Information dan Center, Jon Alif mengakui keberadaan travel indie saat ini tidak bisa diremehkan.
Mereka turut berperan besar dalam memajukan travel di Malang.
“Saya pikir permasalahannya bukan tersaingi atau tidak. Tujuan kami kan sama, menarik wisatawan sebanyak-banyaknya, dan mempromosikan Malang sebagai destinasi wisata,” papar Jon Alif.
Jon yang bekerja dalam bidang travel sejak 1990 memaparkan travel indie umumnya berpikiran terbuka.
Mereka juga selalu menghubungi biro perjalanan resmi jika menemui kendala, dan keterbatasan. Misalnya saja mobil, jeep, atau bus.
“Mereka pasti meminta kami untuk membantunya, jadi kami bisa berjalan seiringan,” katanya. (Adrianus Adhi)