Nenek Ini Jadi Tukang Parkir Sejak Tarif Parkir Mobil Rp 500
LAMBAIAN tanganya yang sudah tampak keriput, tak membuat tangan Hasianah menjadi lemas saat mengatur sebuah kendaraan roda empat keluar dari pertokoan
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - LAMBAIAN tanganya yang sudah tampak keriput, tak membuat tangan Hasianah menjadi lemas saat mengatur sebuah kendaraan roda empat keluar dari pertokoan di Jalan Jendral Sudirman kawasan Simpang Sekip Palembang, Senin (22/12/2014).
Mengenakan rompi jaket berwarna merah yang pundaknya bertuliskan jukir (jukir parkir), wanita tua yang berusia 68 tahun tampak semangat menjalani profesinya.
Tak peduli siang bolong di bawah terik matahari dan guyuran hujan deras, saban hari Hasianah tetap menjalani pekerjaan yang digelutinya sudah puluhan tahun itu.
Sosok nenek 21 cucu ini yang berprofesi menjadi jukir, patut menjadi inspirasi pada momen Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember. Meskipun sudah tua dan juga berstatus janda selama lima tahun, Hasianah tak sedikit pun mengeluh demi mencari rejeki.
"Dari pada minta-minta (mengemis), lebih baik saya bekerja seperti ini (jukir). Karena saya masih mampu untuk mencari duit demi kebutuhan sehari-hari," ujar Hasianah saat dibincangi Sripoku.com.
Mengambil lembaran uang kertas pecahan seribu dan dua ribu rupiah dalam saku rompi jaketnya, tangan Hasianah yang tampak sedikit gemetar tetap telaten menghitung lembaran uang kertas untuk dilipatnya kembali dan dimasukan ke dalam sakunya.
"Alhamdullillah, sehari bisa dapat Rp70 ribu sampai seratus ribu. Tapi saya masih setor lagi ke orang. Jadi kalau sehari itu bersihnya bisa dapat sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu. Untuk makan dan bayar rumah kontrakan, alhamdulillah masih cukup," ujarnya.
Melihat ada sebuah mobil yang hendak parkir, Hasianah yang saat itu sedang menghitung uang hasil jerih payahnya, langsung beranjak bergegas mengatur mobil untuk parkir di tempatnya.
Meskipun suaranya tak lagi lantang terdengar oleh pengendara, aba-aba lambaian tangan Hasianah dapat dimengerti pengendara.
Sembari menunggu kendaraan yang keluar masuk untuk parkir, mata Hasianah tampak siaga melihat setiap kendaraan yang dijaganya dari pojok area parkir.
"Selama saya jaga (parkir) disini, Alhamdulillah semuanya aman. Tidak ada kendaraan yang hilang, karena saya jaga betul kendaraannya," ujarnya.
Ketika ditanyai sejak tahun berapa dan sudah berapa lama menjadi jukir, Hasianah langsung tersenyum dan sesekali berpikir kapan dirinya menjadi jukir.
"Saya lupa, mungkin sudah puluhan tahun, setahu saya saat itu (tarif) parkir motor masih dua ratus perak (Rp 200) dan mobil masih lima ratus perak (Rp 500). Saya jaga parkir sejak jam delapan pagi sampai 11 malam dan setiap hari," ujar Hasianah yang rambutnya sudah berwarna putih.
Terkait momen Hari Ibu yang diperingati setiap tahunnya dan ketika ditanyai apakah Hasianah mengetahuinya, Hasianah kembali melemparkan senyumnya dan hanya menggelengkan kepalanya. Ditanyai makna Hari Ibu bagi dirinya, Hasianah pun sekali lagi hanya tersenyum.
"Yang penting selagi saya mampu, saya tetap mencari duit. Saya tidak banyak permintaan, saya hanya minta anak dan cucu saya semuanya kerja dan tidak ada yang menganggur," ujar Hasianah yang tinggal di rumah kontrakannya yang tak jauh dari lokasinya bekerja sebagai jukir.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.