Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kecekatan Risma Bantu Keluarga Korban Air Asia Patut Diacungi jempol

Kecekatan Risma memang diacungi jempol. Dalam hitungan menit setelah posko crisis center di Mapolda Jawa Timur didirikan,

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Kecekatan Risma Bantu Keluarga Korban  Air Asia Patut  Diacungi jempol
Surya
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini datang ke terminal II Bandara Juanda. Risma langsung menemui para keluarga penumpang AirAsia yang hilang kontak untuk ikut menenangkannya. 

TRIBUNNEWS.COM.SURABAYA- Tri Rismaharini sedikit bernafas lega. Bersepatu kets Nike diskon akhir tahun dipadu baju dinasnya, dia duduk meluruskan kakinya di kursi Posko Wartawan. Masker dibiarkan terjuntai di leher. Kedua tangannya tidak lepas menggenggam gelas karton berisi teh hangat sembari sesekali menyeruputnya.

Senin (5/1/2014) pukul 18.00 WIB, keluarga korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 satu per satu beranjak pulang dari Crisis Center, kompleks Mapolda Jawa Timur. Tugas Wali Kota Surabaya mengurus 'tetek bengek' keperluan keluarga korban -hari itu saja- selesai sudah. Ia melepas lelah bersenda gurau bersama wartawan.

Sudah hari kesembilan (hingga Senin kemarin) Risma membagi tugasnya antara di kantor Wali Kota Surabaya dengan di Mapolda Jawa Timur. "Jam 06.00 WIB saya mesti sudah sampai ke kantor. Pimpin rapat sana-sini, tanda tangan, rampung, jam 13.00 WIB baru saya ke sini (crisis center AirAsia QZ8501 di Mapolda Jatim) untuk urus keluarga korban," ujar Risma.

Rapat dengan kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), diakui Risma, berlangsung tak mesti formal seperti duduk di ruang rapat, disediakan konsumsi dan sebagainya. Dia cukup bertemu Kepala SKPD di lorong kantor, di bangku taman, di sofa ruang tunggu, atau bahkan hanya melalui handie talkie (HT). Dipastikan Risma, roda birokrasi akan berjalan.

Begitu juga dengan penandatanganan berkas. Lima staf dikerahkan di depan meja kerjanya untuk membantu menandatangani berkas yang setiap hari, diakuinya berjumlah ratusan. "Ya, biar cepat. Biar kita bisa urus yang lain. Makanya jam 13.00 WIB, saya sudah bisa sampai di sini," ujar Risma.

Kecekatan Risma memang diacungi jempol. Dalam hitungan menit setelah posko crisis center di Mapolda Jawa Timur didirikan, beberapa waktu lalu, Risma langsung sigap mengisi posko tersebut dengan sejumlah fasilitas. Baik bagi keluarga korban, tim identifikasi dari Disaster Victim Identification (DVI), hingga untuk wartawan. Bagi wartawan dan relawan, Risma langsung menyiapkan tenda lengkap serta penerangan.

Bagi tim DVI, dia memberi pakaian khusus selama proses identifikasi. Bagi personel TNI yang mengangkat jenazah, dia memberikan masker dan sarung tangan. Risma juga menyediakan pendampingan psikolog hingga konsumsi bagi keluarga korban selama berada di crisis center. Di sela itu, Risma selalu menghampiri keluarga korban. Ia merangkul kemudian menanyakan, apakah ada yang dapat Pemkot Surabaya bantu atau tidak.

Berita Rekomendasi

"Kondisi mereka itu bingung. Akhirnya saat saya datangi, mereka curhat ke saya, ngeluhin apa saja," ujar Risma.

Salah satunya, kekhawatiran keluarga atas harta korban yang tak diketahui keluarga, misalnya keanggotaan korban dalam sebuah asuransi atau kepemilikan saham atas suatu perusahaan. Risma pun berkonsultasi dengan pakar hukum. Akhirnya, ia mengirimkan surat ke sejumlah perusahaan asuransi, Bank Indonesia (BI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengembalikan aset korban.

Di sela-sela itupun, Risma masih blusukan. Misalnya pada Senin kemarin, dia sempat blusukan ke daerah Sumber Rejo. Di sana, sedang ada pembangunan tanggul. Seluruh aktivitasnya itu membuat Risma kurang tidur setiap harinya.

Memasuki hari kesembilan kemarin misalnya, Risma mendarat di kasur pukul 04.00 WIB. Tapi pukul 06.00 WIB, dia sudah sampai ke kantor Wali Kota Surabaya lagi. Tak ada suplemen multivitamin yang diminum untuk mendongkrak staminanya. "Minum ikhlas saja. Ha-ha-ha," ujar dia seraya tertawa.

"Makanya kan waktu itu sempat drop. Kata dokter oksigennya kurang. Tapi enggak lama kok itu, sekarang ya lanjut lagi," lanjut Risma.

Bagi Risma, aktivitasnya memback-up para keluarga korban tidak ada ubahnya dengan memback-up warga Surabaya. Seperti sehari-hari yang dia lakukan. Risma mengaku sadar bahwa karakter kerja yang dibangun berbeda dengan kepala daerah. Dia pun mengakui jika pola kerjanya jauh lebih efektif. Namun, Risma tidak merasa unggul. Bagi dia, kerja memang seharusnya demikian. "Tidak ada yang perlu dibanggakan," kata Risma. (Fabian Januarius Kuwado)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas