Penambahan Frontage Road di Surabaya Bikin Pengendara Was-was
Masalah bukan hanya di tengah kota. Di pinggiran kota pun akan muncul kemacetan. Karakter jalan di Surabaya ini banyak crossing-nya.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Sebanyak 13 juta lebih kendaraan menjubeli Jatim.
Jumlah itu diperkirakan akan tembus 14 juta unit lebih pada 2015 ini.
Kerja keras polisi lalu lintas menjadi harapan agar kendaraan tetap bisa bergerak di jalan.
Cara lain yang dilakukan adalah melakukan rekayasa jalan. Dia juga mengandalkan Rabu lalu lintas untuk menggantikan peran polisi.
Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Raydian Kokrosono mencontohkan, rambu larangan belok langsung di traffic light atau larangan berhenti di sisi jalan.
Adanya rambu itu, bisa menghemat tenaga polisi agar bisa berkonsentrasi di kawasan rawan.
Setiap bulan, Raydian melakukan analisa dan evaluasi bersama pemangku kebijakan lainnya.
Dia rajin memberikan laporan timpangnya jumlah personel kepolisian dan panjang ruas jalan dibandingkan dengan pertumbuhan kendaraan.
Beberapa laporannya ditindaklanjuti, misalnya dengan pemasangan rambu.
Raydian mengaku tidak bisa mengintervensi pembatasan jumlah kendaraan baru tiap tahun.
Namun dia menyadari, selama belum ada sarana transportasi massal yang representatif, warga kota lebih memilih kendaraan pribadi untuk menunjang mobilitasnya.
Begitu juga lambatnya penambahan ruas jalan yang menjadi infrastruktur utama penunjang lalu lintas.
Di 2015 ini, Reydian yakin bahwa titik kepadatan akan semakin bertambah.
Jumlah kendaraan yang sulit dikendalikan, akan menambah titik kemacetan dan kerawanan di jalan.
Memang, kata dia, ada penambahan ruas dua arah (frontage road) di Jalan Ahmad Yani.
Penambahan ini diharapkan bisa mengurai beban jalan yang ada selama ini. Namun Raydian mengaku was-was juga.
Pasalnya, akan terjadi bottle neck di sekitar Wonokromo yang tidak lebar jalannya tidak akan bisa menampung serbuan kendaraan dari arah Sidoarjo.
“Masalah bukan hanya di tengah kota. Di pinggiran kota pun akan muncul kemacetan. Karakter jalan di Surabaya ini banyak crossing-nya. Kita juga tidak tahu di mana persebaran mobil baru itu. Jadi pinggir kota bisa saja semacet di jalan-jalan protokol,” kata Raydian. (idl)