Sajen untuk Penunggu Selat Karimata
Sejumlah tokoh Hindu Kaharingan menggelar ritual adat Najar pada Sabtu (10/1/2015) siang.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.PANGKALAN BUN - Bertempat di Pantai Tanjung Keluang, Kubu, Kalimantan Tengah dengan menghadap laut lokasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501, sejumlah tokoh Hindu Kaharingan menggelar ritual adat Najar pada Sabtu (10/1/2015) siang.
Seekor babi, ayam dan nasi kuning menjadi sesaji ritual tersebut yang disebutkan mereka untuk iblis penunggu perairan lokasi kejadian. Ritual yang digelar tak lama setelah ekor pesawat ditemukan itu bertujuan agar ada kemudahan pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501.
"Kami mendoakan agar mendapat kemudahan pencarian pesawat dan jenazah korbannya yang masih di laut. Kami tahu ada yang mengganggu di laut itu, ada iblisnya. Jadi, iblisnya kami kasih makan dan kami kasih penjelasan," ujar Lacon, tokoh Hindu Kaharingan yang memimpin ritual di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Sabtu petang.
Lacon dan tokoh adat yang mengenakan ikat kepala khas Hindu Kaharingan berada di Lanud Iskandar karena hendak melaporkan hasil ritualnya ke Komandan Lanud Iskandar, Letnan Kolonel Jhonson Hendrico Simatupang.
Lakon menceritakan, ritual Najar diawali dengan pembacaan doa-doa dan dilanjutkan dengan pemberian sesajian untuk penunggu Laut Karimata. Dua keranjang berisi sesajian diletakkan pada satu batang bambu yang ditancapkan di pasir pantai.
Di dua wadah sesajian itu, terdapat seekor babi, seekor ayam kampung, nasi kuning dan beberapa sesajian lainnya. "Babi, ayam dan nasi kuning di dua wadah sesaji itu untuk (membantu) untuk arwah-arwah yang ingin keluar dari dalam air itu. Babi dan ayam itu sudah dimasak sebelumnya, tidak dengan garam atau bumbu. Ini menurut ajaran kepercayaan agama kami harus begitu," ujar Lacon.
Menurut Lacon, ada pertanda baik setelah dirinya dan rombongan menggelar ritual persembahan sesajian itu. Yakni dengan muncul petir sebanyak dua kali. "Tadi setelah kami serahkan sesaji itu, muncul petir dua kali dan sedikit hujan. Menurut kami, mereka (penunggu Laut Karimata) sudah menerima pemberian kami. Saat menuju ke sana langit gelap.
Tapi, saat tiba dan ritual kami laksanakan, langit jadi cerah," ujarnya. Menurut Lacon, ritual adat ini dilakukan tak terlepas dari sejarah masa lalu. "Kalau menurut sejarah kami, di situ ada penghuninya karena saat penjajahan Belanda di situ banyak yang meninggal," kata Lacon. "Pesawatnya jatuh di laut itu. Iblisnya memang menunggu di situ. Dan kenyataanya dari berita di tv selalu memberitakan kalau selama dua minggu pencarian pesawat di laut itu, airnya selalu gelap dan gelombangnya tinggi," imbuhnya.
Lacon mengaku dirinya dan tiga rekannya ada tokoh dari Hindu Kaharingan berasal dari Desa Penyembaan, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Kalteng. Ia dan rombongan menempuh perjalanan sepanjang 250 Km untuk menuju lokasi ritual. Ia dan rombongan dari Hindu Kaharingan merasa terpanggil untuk membantu proses pencarian korban dan badan pesawat AirAsia QZ8501 yang dilakukan oleh tim SAR gabungan.
"Kegiatan tadi diminta oleh Danlanud Iskandar untuk mendoakan secara ritual dari desa kami. Kami mengadakan ritual adat seperti ini kalau ada yang sedang kesulitan atau mendapat musibah besar. Menurut kepercayaan kami ini untuk memudahkan kesulitan itu," kata Lacon.
"Sebab, kejadian ini sudah dua minggu, semua aparat sudah berusaha. Dan kami terpanggil karena mereka diwawancarai di tv mengabarkan sekian ratus orang hilang. Kami juga turut berduka," sambungnya.
Lacon berharap ritual adat ini tidak dipandang negatif pihak luar. Sebab, pihaknya hanya ingin membantu agar pesawat dan jenazah-jenazah bisa ditemukan sehingga bisa dikembalikan ke keluarga masing-masing. Ritual adat dan nilai kearifan lokal seperti ini bukan kali pertama dilakukan oleh kelompok warga lokal di sekitar Pangkalan Bun menyusul adanya jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.
Sebelumnya, beberapa kelompok warga lokal pun sempat menggelar ritual larungan ke laut tempat kejadian lantaran diyakini ada 'penghuni' di laut tempat jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang mengangkut 162 orang tersebut.
Bahkan, sekelompok ustad sempat menggelar doa bersama dengan menyebar tanah dan air dari helikopter ke laut lokasi kejadian. (tribunnews/coz)