Kopi Luwak di Wonosalam, Harga Kaki Lima Rasa Bintang Lima
“Awalnya harga kopi murah. Karena itu, saya dan anak saya berpikir bagaimana agar kopi ini bisa laku. Kemudian muncullah gagasan membuat kopi luwak in
Setelah kopi dicuci bersih dari ‘feces’ luwak, biji kopi kemudian dikeringkan dengan cara dijemur pada terik matahari. Usai itu baru disangrai atau disangan dengan nanangan, dan pembakarannya harus menggunakan kayu bakar.
“Nanangan atau wajan ini berupa ‘wingko’, terbuat dari tanah liat. Apinya juga dari kayu bakar, jadi tidak akan merubah rasa dari kopi itu sendiri,” tuturnya.
Penyanganan atau proses sangrai ini membutuhkan waktu minimal satu jam. Untuk hasil maksimal, sambung Satiran, selama proses sangan tersebut kopi harus terus diaduk agar merata.
Setelah kopi benar benar matang, kopi luwak langsung digiling menjadi bubuk kopi.
Demikian pula untuk membuat seduhan atau minuman kopi luwak, jelas Satiran, caranya juga khusus, meski pun cukup sederhana.
Yaitu, tuangkan air secukupnya lalu dimasak hingga mendidih. Setelah itu masukkan kopi luwak di air mendidih tersebut.
“Lantas biarkan larut dalam air, dan diamkan selama tiga menit dalam cangkir. Jangan lupa ditutup, agar aroma kopi tetap harum,” lanjutnya membeber rahasia menyeduh kopi luwak.
Ia berharap, kopi luwak buatannya itu dapat menembus pasar nasional. Selain itu juga bisa lebih mengangkat potensi pariwisata di Kecamatan Wonosalam.
Itu pula sebab, selain melayani pembeli yang minum seduhan kopi luwak di tempat atau warungnya, dia juga melayani pembelian kopi luwak dalam bentuk bubuk.
Harganya? Juga cukup murah. Jika secangkir seduhan kopi luwak ia jual Rp 10.000, untuk satu ons bubuk kopi luwak, pembeli cukup merogoh kocek Rp 100.000.
Harga juga jauh lebih murah dari harga bubuk kopi luwak asli yang dijual di perkotaan.
Nikmatnya kopi luwak asli Wonosalam ini dibenarkan Kholik, warga kota Surabaya. Kholik hampir setiap akhir pekan, menyempatkan datang ke Kecamatan Wonosalam untuk rekreasi dengan keluarganya.
Setiap kali ke Wonosalam, ia pun selalu mampir di warung kopi luwak milik Satiran.
“Sejak muda saya suka kopi, apalagi kopi luwak. Jadi saya tahu betul mana yang ada campurannya, dan mana yang asli. Kalau ini jelas asli,” kata Kholik, sembari menyeruput seduhan kopi panas, yang bahan bakunya keluar bersama ‘feces’ musang tersebut.(sutono)