Soekarto yang Tinggal di Gubug Doyong Kirim Surat ke Presiden Jokowi
Kemiskinan yang dialami pasangan suami istri (Pasutri) Soekarto (72) dan Suciati (65), membuatnya nekat mengirim surat ke Presiden Jokowi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SITUBONDO - Kemiskinan yang dialami pasangan suami istri (Pasutri) Soekarto (72) dan Suciati (65), warga Dusun Tanah Anyar, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, membuatnya nekat mengirim surat ke Presiden Jokowi.
Surat yang dilayangkan kepada orang nomor satu di Republik Indonesia itu dikirim melalui pos, berisi keluh kesah dan tentang kondisi ekonominya yang kian terhimpit.
Pasutri yang berlindung di sebuah rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu, kondisinya sangat memperihatinkan. Selain dindingnya banyak yang sudah jebol karena dimakan usia, bangunan rumah ukuran 3 X 4 tersebut terlihat miring dan nyaris roboh.
"Saya mengirim surat ke Presiden bukan maksud apa-apa, melainkan hanya mau minta bantuan dana," kata Soekarto saat ditemui SURYA di rumahnya, Rabu (11/2/2015).
Surat pemohonan bantuan dana yang disampaikan ke Presiden dikirim tanggal 1 Januari 2015, yakni untuk memperbaiki rumahnya yang sudah mulai reot serta untuk biaya mengobati matanya yang terkena katarak.
"Saya tidak berniat mau mengadu instansi tapi saya memang butuh bantuan," katanya dengan santai.
Selain kondisi rumahnya tidak layak, tanah yang ditempati bukan miliknya tetapi milik Pelabuhan yang disewanya.
"Sampai sekarang saya punya hutang karena tidak bisa bayar uang sewa sebesar Rp 2.4 juta ke Pelabuhan," tuturnya sembari menunjukkan televisi kuno yang sudah mati pemberian orang.
Sebelumnya, kata pria kelahiran 29 Mei 1943 itu, dirinya juga pernah melayangkan surat ke Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto pada tanggal 1 Desember 2014.
Sayangnya, surat yang dikonsep sendiri itu tidak ada tanggapan dan tindak ada lanjut dari Pemerintah Kabupaten. "Makanya saya kirim ke Presiden," tukasnya.
Meski Pemerintah telah menyalurkan bantuan kepada orang miskin, akan tetapi dirinya dan keluarganya tidak pernah menikmati bantuan yang digelontorkan Pemerintah Pusat tersebut. "Kalau Raskin kita dapat karena itu beli," ujar Soekarto
Selama hidup bersama Suciati, istrinya, dirinya hanya mengandalkan hidup dari penghasilannya sebagai petugas keamanan di Kantor Bea dan Cukai yang dijalani sejak 1985.
Sebagai petugas keamanan, dirinya hanya mendapat honor Rp 250.000 per bulan. Honor sebesar itu, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama ketiga anaknya. "Honor terbesar yang saya terima hanya Rp 350.000, itupun sudah masuk masa pensiun," jelasnya.
Sebelumnya, sambung Soekarto, dirinya juga pernah melayangkan surat ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam surat itu, dirinya hanya meminta petunjuk kepada Presiden agar bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), "Surat saya baru dibalas setelah enam bulan sejak dikirim pada tanggal 28 Februari 2006," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemkab Situbondo, Basuki membenarkan ada warga Panarukan yang mengirim surat ke Presiden Jokowi.
Menurutnya, pihaknya telah menindaklanjuti setelah mendapat surat dari Pusat ke Bupati dan Dinas Sosial untuk memberikan bantuan kepada warga tersebut.
"Bantuan itu sudah kita diserahkan kepada warga yang tidak mampu itu. Bagaimanapun tetap kita memperhatikan nasib mereka," ujar Basuki.
Basuki menghimbau agar masyarakat jika ada sesuatu tidak langsung disampaikan ke Presiden karena masih memiliki Pemerintah Desa, Lurah dan Camat.
"Kita disini bisa menanganilah kalau cuman urusan itu sehingga kita ada rasa yang tidak enak. Padahal setiap saat kita memperhatikan masyarakat," kata mantan Kabag Hukum ini.