Kiat Perguruan Tinggi Jateng Dongkrak Jumlah Mahasiswa
"Dari situ mahasiswa mau tidak mau harus belajar karena diberi beasiswa,"
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Tri Mulyono
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah UIN Walisongo Semarang, Muhammad Izzudin mengatakan pada awal pembukaan program studi Ilmu Falak pada 2007, peminatnya sangat sedikit.
Untuk menarik minat, pihak kampusnya membuka program beasiswa. "Dari situ mahasiswa mau tidak mau harus belajar karena diberi beasiswa," katanya, belum lama ini.
Hal itu diungkapkan Izzudin menanggapi sejumlah prodi perguruan tinggi negeri yang sepi peminat. Selain di UIN Walisongo, sejumlah prodi sepi peminat juga ada di Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Izzudin mengakui prodinya memang sepi peminat dibanding prodi lain semisal dakwah atau ekonomi Islam. Pada tahun pertama hingga 2013 saja, jumlah kelas yang dibuka hanya satu atau dua. Tapi, pada 2014, jumlah peminatnya meningkat drastis. Sejak tahun lalu jumlah rombongan belajar mencapai empat kelas. Jumlah mahasiswa dari 30 menjadi 160-an.
"Jangan tanya peluangnya, sangat besar. Banyak yang melanjutkan S2 ke Jepang, Jerman, Australia dan Timur Tengah," kata Ketua Umum Asosiasi Dosen Ilmu Falak Indonesia itu. Dari sisi kebutuhkan kerja, menurutnya, Ilmu Falak masih banyak dibutuhkan. Karena itu sebenarnya peluangnya sangat besar.
Sebelumnya Rektor Universitas Diponegoro Profesor Sudharto P Hadi juga mengakui ada sejumlah prodi sepi peminat. Menurutnya, dalam empat tahun terakhir prodi kedokteran menjadi prodi terfavorit di Undip. Kemudian disusul prodi ilmu komputer dan teknik industri. Sementara di bidang ilmu sosial, prodi akuntansi, manajemen, hukum, dan komunikasi.
Sementara itu prodi sepi peminat yakni ilmu sejarah dan rumpun-rumpun ilmu pertanian, peternakan, serta perikanan. Meski demikian, Dharto memastikan tidak akan menutup prodi sepi peminat. “Perguruan tinggi bukan sebuah perusahaan yang berhubungan dengan pasar atau permintaan. Saya ingin perguruan tinggi menjadi pusat pemikiran,” tandasnya.
Menurutnya, sering terjadinya "bangku kosong" lantaran lulusan SMA hanya ingin mendapatkan prodi favorit sesuai keinginan. Prodi yang diambil merupakan prodi yang favorit dengan tingkat persaingan ketat. Di sisi lain prodi lain sepi peminat sehingga masih banyak bangku kosong.
"Fenomena ini masih banyak dan banyak anak cerdas kadang tidak mendapatkan pilihannya, kami tidak bisa memaksa," ungkapnya.
Dharto menyarankan jika tidak bisa masuk prodi favorit sebaiknya memilih prodi lain. "Kadang kita tidak mengetahui yang terjadi di masa depan. Kadang yang kita anggap salah di awal belum tentu itu salah di masa depan," ujarnya.
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing Unnes Zaim El Mubarok (43) mengungkapkan ada ancaman untuk prodi yang sepi peminat. Ada aturan dari dirjen perguruan tinggii, jika suatu prodi tidak bisa memenuhi kuota mahasiswa (minimal 30 mahasiswa), maka pada tahun ketiga akan ditutup.
Aturan inilah yang kemudian menuntut perguruan tinggi memenuhi kuantitas, dan pada kasus-kasus tertentu bisa mengorbankan kualitas.