Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Undang Hujan, 40,8 Ton Garam Ditaburkan di Angkasa Riau

Operasi hujan buatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di Riau telah berlangsung 25 hari

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Undang Hujan, 40,8 Ton Garam Ditaburkan di Angkasa Riau
Tribun Pekanbaru/David Tobing
BNPB dan BPPT melakukan modifikasi cuaca dengan menyemai 800 kg garam di tiga daerah di Riau, Senin (2/3/2015). Modifikasi cuaca dilakukan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Operasi hujan buatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di Riau telah berlangsung 25 hari sejak digelar 2 Maret 2015 lalu.

Operasi akan dilaksanakan selama 60 hari kerja. Total sudah 40,8 ton garam (NaCl) ditaburkan ke awan dengan pesawat Casa 212.

Hampir setiap hari turun hujan untuk memadamkan titik api dan membasahi lahan gambut agar tidak mudah terbakar. Hujan buatan ini dilakukan oleh BPPT dan BNPB atas permintaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).

Kepala BNPB, Syamsul Maarif, menyatakan bahwa BNPB akan terus mendampingi Kementerian LHK dan Pemda Riau selaku penanggung jawab dalam mengantisipasi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Pendampingan meliputi teknis, logistik, peralatan, pendanaan, pengerahan personil, administrasi dan manajerial.

Berdasarkan pantauan satelit Terra Aqua, hotspot pada Jumat (27-3-2015) tercatat 23 titik di Riau yaitu di Bengkalis 20, Meranti 1, Dumai 1 dan Siak 1. Data hotspot selama tahun 2015 ini jauh lebih rendah dibandingkan pada tahun 2014.

Pantauan satelit NOAA-18 di Riau pada tahun 2014, jumlah hotspot pada Januari 2014 ada 50 titik, Februari ada 1.272 dan Maret 784 titik. Pada tahun 2015, hotspot Januari ada 122 titik, Februari 176, dan Maret 165 titik.

"Faktanya hingga Maret 2015 tidak ada bencana asap yang meluas dan masif. Namun demikian antisipasi harus terus ditingkatkan," ujar Syamsul dalam keterangan tertulisnya.

Berita Rekomendasi

Pola hotspot di Riau dominan terjadi pada Februari-April dengaan rata-rata jumlah hotspot kurang dari 200 titik per bulan. Selanjutnya bulan basah selama April-Juni, yang kemudian cuaca lebih kering selama Juni-Oktober dan jumlah hotspot meningkat sekitar sekitar 600 titik per bulan.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas