Ribuan Warga Magelang Rebutan Dua Gunungan Gethuk
Dua buah gunungan berisi 1.109 makanan gethuk menjadi rebutan ribuan warga di alun-alun Kota Magelang, Minggu (12/4/2015).
Editor: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Dua buah gunungan berisi 1.109 makanan gethuk menjadi rebutan ribuan warga di alun-alun Kota Magelang, Minggu (12/4/2015). Gethuk adalah makanan khas Kota Magelang terbuat dari olahan singkong.
Rebutan atau grebeg gethuk merupakan puncak kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-1.109 Kota Magelang yang diperingati tiap 11 April. Dua gunungan gethuk setinggi satu meter masing-masing berbentuk lancip merupakan simbol jaler (laki-laki) dan satu lagi berbentuk bulat merupakan simbol setri (perempuan).
Selain gunungan gethuk, ada 17 gunungan yang terbuat dari beragam sayur-mayur dan kerajinan tangan. Gunungan sayur mayur juga turut diperebutkan warga.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menjelaskan, grebeg gethuk merupakan satu tradisi untuk mengangkat budaya dan kuliner khas Kota Magelang. Tradisi ini diselenggarakan dengan harapan meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Sejuta Bunga ini.
“Gethuk itu makanan tradisional yang perlu dibanggakan. Prosesi ini sebagai upaya untuk nguri-uri (melestarikan) tradisi yang ada,“ terang Sigit di sela-sela prosesi grebeg gethuk.
Sebanyak 17 gunungan yang berisi palawija, sayur mayur dan buah-buahan itu, sambung Sigit, merupakan simbol potensi alam yang ada di 17 kelurahan di Kota Magelang.
Prosesi grebeg gethuk dimulai dengan kirab rombongan wali kota berserta jajarannya menaiki kereta kecana dari masjid agung menuju panggung kehormatan di sisi selatan alun-alun yang berjarak sekitar 300 meter.
Rombongan wali kota tampak mengenakan pakaian adat Jawa Tengah lengkap. Mereka kemudian duduk di panggung kehormatan. Terlihat 16 duta besar dan delegasi dari negara-negara sahabat ikut menyaksikan prosesi tersebut.
Turut hadir, Wakil Gubernur Jawa Tengah Heru Sudjatmiko dan pimpinan daerah sejumlah Kota dan kabupetan di Jawa Tengah.
Prosesi dilanjutkan dengan pertunjukkan tari kolosal oleh ratusan penari yang menceritakan tentang sejarah terbentuknya Kota Magelang. Setelah itu, digelar upacara Jawa yang seluruh pesertanya mengenakan pakaian adat Jawa, termasuk aba-aba dan sambutan inspektur upacara pun menggunakan bahasa Jawa.
Heru Sudjatmiko sangat menyambut baik kegiatan grebeg gethuk ini. Menurut Heru, tradisi ini sebagai wujud perhatian pemerintah daerah dan warga dalam melestarikan budaya bangsa.
“Kita punya kekayaan budaya yang beragam dan luar biasa. Jadi Bhineka Tunggal Ika tidak dimaknai bahwa budaya dan seni bangsa harus seragam, akan tetapi justru keragaman ini menjadi pemersatu bangsa,“ papar Heru.
Grebeg gethuk menjadi satu dari 103 acara yang digelar dalam program Ayo ke Magelang tahun 2015. Selain grebeg gethuk, Pemkot Magelang juga menggelar lima acara berskala internasional, yaitu sendaratari Bumi Magelang, Festival Tidar, Magelang Tempo Doloe, Olimpiade Internasional Astronomi dan Astrofisika, dan Magelang Arts Event (MAE) 2015. (Kontributor Kompas.com Magelang/Ika Fitriana)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.