Ini Dia Burung Unik Pengawal Para Pendaki Gunung di Jawa
Tahukah Anda ada jenis burung yang jadi teman akrab perjalanan para pendaki sejumlah gunung di Pulau Jawa?
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Tahukah Anda ada jenis burung yang jadi teman akrab perjalanan para pendaki sejumlah gunung di Pulau Jawa?
Dialah Anis Gading atau nama latinnya Turdus Poliocephalus Stresemanni Bartels.
Burung jenis pekicau ini juga kerap disebut Jalak Gading atau Jalak Lawu.
Mengapa Lawu? Karena konon wilayah endemiknya ada di lereng-lereng hingga kawasan puncak gunung di perbatasan Jateng-Jatim itu.
Anis Gading merupakan salah satu dari 49 subspesies Anis Gunung atau Island Thrush (Turdus Poliocephalus).
Anis Gunung tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Pulau Kalimantan.
Kekhasan Anis Gading yang kerap mengikuti perjalanan para pendaki dalam jarak dekat ini akhirnya melahirkan mitos dan legenda yang dipercaya masyarakat.
Di Lawu, burung ini disebut piaraan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit sebelum runtuh.
Itu sebabnya, Anis Gading tak boleh diusik. Barangsiapa yang sengaja mengganggu, melemparinya dengan batu, atau bahkan berusaha menangkapnya, bakal ditimpa musibah atau celaka sepanjang hidupnya.
Mantan jurnalis senior yang kini menekuni dunia batik membatik, Dedi H Purwadi, membagi ceritanya saat bertemu dan ditemani Anis Gunung ketika mendaki ke puncak Gunung Merbabu, Minggu (12/4/2015).
Dedi beserta anak dan dua teman anaknya disambangi Anis Gading ini ketika rehat di Pos IV atau Sabana 1 (2.770 mdpl) di jalur pendakian Merbabu (3.142mdpl) via Selo, Boyolali, Jateng.
"Saat rehat 15 menit, Minggu (12/4/2015) pukul 14.41, saya sempatkan memotret si Jalak Gading," kata Dedi lewat surat elektroniknya kepada Tribun Jogja, Jumat (17/4/2015).
Burung yang juga disebut Mountain Blackbirds itu memiliki panjang tubuh dari paruh hingga ekornya lebih kurang 20 cm.
Burung ini menurut Dedi kerap menyambangi para pendaki di jalur pendakian atau pos perhentian di bawah ketinggian 2.800 mdpl.
"Mereka berani mencari remah-remah makanan dekat tenda pendaki seperti yang saya potret dari jarak kurang dari dua meter ini," jelas mantan jurnalis foto di surat kabar Bernas beberapa tahun lalu.
Kunci menikmati pesona burung ini menurut Dedi, jangan mengejutkannya!
"Dia akan terbang sebentar. Lalu kembali lagi, berjalan-jalan sambil mematuki makanan," katanya.
Saking akrab dan ramahnya di kalangan pendaki gunung, burung ini dilabeli sebagai penunjuk jalan menjelang puncak.
"Dia suka melompat-lompat di sepanjang jalur pendakian, beberapa meter di depan pendaki. Di Lawu, saya lihat lebih banyak," ujar Dedi yang kini memiliki label batik Jolawe, batik eksklusif yang konsisten mendayagunakan pewarna alami. (Tribunjogja.com)