Duo Bali Nine Peluk Keluarga dalam Kondisi Terborgol
Rohaniawan terpidana mati duo Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, Matius Arif Mirdjaja membeberkan kondisi
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Abdul Arif
TRIBUNNEWS.COM, CILACAP- Rohaniawan terpidana mati duo Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, Matius Arif Mirdjaja membeberkan kondisi para terpidana mati di Lapas Besi Nusakambangan sangat miris. Hal itu sebagaimana disaksikannya saat melakukan pendampingan.
Dia mengatakan, terakhir kali berjumpa keduanya pada Minggu (26/4/2015) kemarin. Dia bersama keluarga dari Australia membesuk duo Bali Nine mulai pagi sampai pukul 16.30 Wib.
"Semua di sana (Nusakambangan). Waktu mereka datang untuk menemui keluarga tangan mereka diborgol. Sampai kita pelukan masih diborgol baru kemudian dibuka. Ini menyedihkan. Terlalu berlebihan kita sebagai bangsa," kata Pendeta yang mendampingi sejak do Kerobokan 2011 lalu itu.
Sebelumnya, mereka tidak diborgol. Arif menilai tindakan tersebut sebagai bentuk teror negara terhadap masyarakat sipil.
Menurut dia, tak sepantasnya Bangsa Indonesia menghukum Andrew Chan yang kini seorang pendeta. Begitu juga Raheem yang merupakan hamba Tuhan. Mary Jane seorang ibu dan Rodrigo yang merupakan orang gila.
"10 tahun mereka salah. Kemudia waktu membuat mereka berubah. Ini bukan tentang mereka tapi kita bagaimana merespon orang-orang bertaubat," katanya.
Arif bahkan mengutip apa yabg selalu dikatakan oleh Andrew. "Jangan takut terhadap sesuatu yang membunuh badan tapi takutlah yang membunuh jiwa," demikian kata-kata dari Andrew.
Menurut Arif, menyikapi ancaman eksekusi mati, Andrew sangat tegar. Begitu juga dengan Myuran. Dia berharap besok bisa berkunjung lagi.
"Terlalu berlebihan. Sampai hari ini kami belum tahu. Tapi di media sosial sudah beredar foto salib bertuliskan tanggal kematian keduanya. Ini teror negara. Tanggal mati sudah ditulis di mana moralitasnya?," katanya. (*)