Sebelum Meninggal Tersetrum Listrik Istrik Istrinya Sempat Meminta Maaf
Semalam sebelum wafat, tepatnya sesudah salat isya. Nurhayati minta maaf kepadanya.
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Muhlisin
TRIBUNNEWS.COM, MUARA BUNGO – Muhammad tengah dirundung duka. Pria 56 tahun ini mengaku sangat terpukul karena tewasnya sang istri, Nurhayati, karena tersengat aliran arus listrik.
Kepada Tribun, ia mengatakan kejadian berawal sebelum pukul 06.00, Minggu (26/4/2015). Seperti biasa, sejak pagi-pagi buta istrinya sudah beraktifitas dengan pekerjaan rumah tangga.
Sekira pukul 06.00, perempuan 49 tahun itu menenteng pakaian yang akan dicuci. Jemuran pakaian pakaian yang terbuat dari kawat, terbentang di belakang rumah, Dusun Sungai Arang, Kecamatan Bungo Dani, Bungo.
"Waktu itu kami baru sudah salat subuh. Sekitar jam 06.00, istri sayo ke belakang bawa pakaian yang sudah dicuci. Mau dijemur di jemuran di belakang rumah," ujarnya.
Tiba-tiba ia mendengar istrinya berteriak minta tolong. Muhammad pun menghambur ke belakang rumah. Pun demikian dengan anaknya, Ilyas (21). Ikut berlari ke arah datangnya suara teriakan ibunya.
Ternyata tangan istrinya menempel di kawat jemuran. Muhammad dan Ilyas menarik badan Nurhayati. Namun mereka berdua malah ikut tertarik dan kena setrum.
Beruntung mereka dapat melepaskan diri. Aliran listrik pun langsung dipadamkan. Sehingga Nurhayati langsung terlepas dari kawan jemuran tersebut.
Namun malang tak dapat ditolak. Nurhayati tak lagi dapat ditolong. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di pelukan sang suami dan anaknya.
"Sayo jugo luka bakar di punggung. Anak sayo dak papo. Dak ado luka. Tapi istri sayo wafat. Kami benar-benar sangat sedih," ujarnya.
Ia mengatakan, ada kabel listrik melintas di atas dan mengenai atap. Diduga ada bagian dari kabel itu yang terkelupas. Sehingga aliran arua listrik menjalar ke atap seng. Sementara jemuran itu juga bersentuhan dengan salah satu bagian atap.
Muhammad mengatakan sudah ada firasat sebelumnya. Semalam sebelum wafat, tepatnya sesudah salat isya. Nurhayati minta maaf kepadanya. Nurhayati juga berwasiat, ketika ia wafat minta dimakamkan di tanah pribadi yang berlokasi tak seberapa jauh dari rumah kediaman mereka.
"Firasat ada. Malam kemaren istri saya minta maaf, sesudah salat isya. Dia berpesan jika, apabila wafat agar dimakamkan di tanah pribadi kami. Dekat sini. Wasiatnya sudah kami laksanakan," tutupnya. (*)