Rektor Universitas Negeri Malang Baru Tahu Mahasiswanya Tewas
Rektor Universitas Negeri Malang menyatakan belum tahu mahasiswanya, Yanuru Aksanu Laila (23), tewas usai berfoto selfie di air terjun.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Rektor Universitas Negeri Malang (UM), Prof Dr AH Rofi'uddin MPd, menyatakan belum tahu mahasiswanya, Yanuru Aksanu Laila (23), tewas usai berfoto selfie di air terjun.
Ia justru baru dengar kabar duka itu saat dihubungi reporter Surya (Tribunnews.com Network), Jumat (1/5/2015) malam. (Baca: Terpeleset, Mahasiswi Jadi Korban Keindahan Coban Sewu Malang saat Lagi Selfie)
Rofi'uddin menyebutkan dirinya sedang liburan.
"Akan saya pastikan dulu kabar ini, kalau memang benar, pihak universitas akan memfasilitasi pemulangan jenazah dan menjalankan SOP (standar operasional prosedur)," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, niat liburan menikmati keindahan alam membawa petaka bagi Yanuru Aksanu Laila (23), mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Jumat (1/5/2015).
Mahasiswa Semester 8 Jurusan PKN asal Kabupaten Pasuruan itu terpeleset usai berfoto selfie di dekat Coban Sewu di perbatasan Desa Sidorenggo, Kecamatan Ampelgading dan Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
"Teman-temannya sudah balik. Ia tinggal bersama saudaranya. Saat itu saudaranya sudah minta dia pulang karena sudah adzan Jumat," ujar Kapolsek Ampelgading AKP Mujianta ketika dikonfirmasi lewat ponsel kepada Surya, Jumat (1/5/2015) malam.
Saat itu diperkirakan sekitar pukul 11.30 WIB, namun korban minta waktu sebentar untuk berselfie ria dekat coban.
"Sek sak jepretan ae," tutur korban kepada saudaranya.
Entah pose bagaimana, saat itu saudaranya sedang memandang ke lokasi lain. Begitu menengok ke arah korban, sudah tidak ada.
Setelah itu, saudara korban minta bantuan kepada warga.
"Korban baru ditemukan tadi sore jam 17.00 WIB di Sungai Glidik, Kecamatan Ampelgading. Korban dan saudaranya ke Coban Sewu naik motor," tutur Mujianta.
Sekitar pukul 18.30 WIB, korban dibawa dengan ambulans ke KM RSSA Malang.
"Saat ditemukan, kondisi hidungnya berdarah," ujarnya.
Camat Ampelgading, Abdulrahman menyatakan, rombongan korban lewat arah timur, yaitu Kabupaten Lumajang.
"Kalau lewat barat, yaitu Desa Sidorenggo, oleh warga jalan kesana sudah ditutup pagar. Tidak boleh dilewati karena jalannya berbahaya," urainya.
Abdulrahman meminta agar pecinta alam atau komunitas yang hendak ke lokasi sebaiknya mematuhi rambu-rambu yang dipasang untuk keselamatan.
"Kalau warga sampai memasang rambu larangan masuk itu kan mereka sudah tahu kondisi disana. Tapi sering larangan seperti itu biasanya menjadi tantangan," paparnya.
Menurut Abdulrahman, kelompok korban yang datang hanya diidentitaskan dari Pasuruan dan membawa tongkat-tongkat untuk bantuan berjalan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.