5 Rumah dan 1 Gudang di Bojonegoro Ambruk Terkikis Arus Sungai Bengawan Solo
Melihat gudangnya runtuh, Fahim menyelamatkan 10 ekor sapi di kandang
TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Gudang selep milik Ahmad Fahim (41), warga RT 21 RW 03 Dusun Jarakan, Desa Ngablak, Kecamatan Dander runtuh akibat tanah di bawah gudangnya tergerus arus Sungai Bengawan Solo.
Bangunan gudang berukuran sekitar 15 meter kali 10 meter itu ambruk setelah pondasi bagian belakang tergerus arus sungai. Tembok gudang rata setara tanah. Tepat di belakang gudang itu, terlihat kedalaman bengawan sekitar 3 meter.
“Saat ambruk suara brukkk…terdengar keras sekali. Saya datangi, tembok sudah runtuh, atap terbuat dari seng turun ke bengawan, kayu penyangga atap patah,” kata Fahim saat ditemui di gudangnya, Rabu (13/5/2015).
Melihat gudangnya runtuh, Fahim menyelamatkan 10 ekor sapi di kandang bersebelahan dengan gudang. Pondasi bangunan kandang sapi ikut tergerus arus, sedangkan tembok kandang retak separuh.
“Saya masih bisa bersyukur, saya masih bisa menyelamatkan sapi yang ada di kandang,” ucapnya.
Selain gudang selep milik Fahim, ada enam bangunan bagian rumah miliknya dan tetangganya yang kini terkikis oleh arus bengawan.
Bagian rumah itu sudah mepet dengan bantaran bengawan, jika tidak segera diperbaiki, arus bengawan bisa makin memperparah. Keenam rumah itu milik Fahim, Kayat, Sumardi, Munir, Sutrisno, dan Agus.
Bagian belakang rumah Fahim yang ada di sebelah kanan gudang terlihat doyong. Kondisi itu nyaris sama dengan rumah lainnya.
Fahim merasa tidak bisa berbuat apa-apa, sebab, keinginannya untuk pindah ke lokasi lebih aman terbentur lahan.
Ia tidak memiliki lahan lain untuk membangun rumah kecuali tanah yang ada di pinggir bantaran bengawan.
“Kalau takut iya. Lha wong kalau air bengawan sedang pasang airnya masuk ke rumah, tapi gimana lagi,” ujarnya.
Posisi rumah Fahim dan tetangganya berada tepat di tikungan bengawan.
Kondisi itu diperparah lagi dengan adanya para penambang pasir di bengawan yang menggunakan mesin penyedot.
“Saya berharap penambang yang pakai mesin sedot segera ditangani pemerintah,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Andy Sujarwo mengaku telah mengidentifikasi kerawanan bangunan rumah yang ada di Desa Ngablak.
Ia mengatakan, posisi rumah di daerah bantaran bengawan rawan.
Ketika air sedang pasang akan menggerus tebing, saat surut menyebabkan tebing longsor.
Semakin tahun bengawan semakin lebar, Ditambah penambangan pasir pakai mesin yang mempercepat longsor.
“Jarak ideal bantaran dengan rumah sebenarnya semakin jauh dari bantaran semakin aman. Tapi namanya masyarakat tanahnya di situ, mau bagaimana lagi,” paparnya.
Mengatasi masalah itu, Andy mengaku telah meminta pihak balai besar Bengawan Solo dan balai pengairan provinsi membangun plengsengan di beberapa titik, termasuk di Ngablak. (Iksan Fauzi)