Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bety Napi Kasus Narkoba Kabur Usai Operasi Usus Buntu

Melihat anaknya sudah bisa berjalan sendiri, Bety dibiarkan pergi ke kamar mandi tanpa ditemani.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Bety Napi Kasus Narkoba Kabur Usai Operasi Usus Buntu
Tribun Kaltim/Ahmad Sidik
Asna dan Patoroi, orangtua dari Johari alias Bety yang kabur usai operasi usus buntu di RSKD, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (1/6/2015). 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Ahmad Sidik dan Rudy Firmanto

TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Asna tak henti meneteskan air mata saat berada di ruang pemeriksaan Mapolres Balikpapan, Senin (1/6/2015).

Asna yang ditemani suaminya, Patoroi tidak menyangka anaknya, Johari alias Bety bin Patoroi, narapidana Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II A Balikpapan kabur saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan.

Selama dua minggu, Asna dan Patoroi menginap di teras Ruang Flamboyan RSKD Balikpapan. Mereka menunggu anaknya yang sedang menjalani perawatan usai menjalani operasi usus buntu.

Setiap hari, Asna meminumkan obat yang diberikan dokter kepada anaknya tersayang. Dia menjaga Bety siang dan malam agar lekas sembuh dari penyakit usus buntu yang dideritanya.

Patoroi menuturkan, begitu mendengar kabar dari penjaga Lapas bahwa Bety menjalani operasi di rumah sakit, Asna tak henti menangis. Dia berharap bisa merawat anaknya yang sedang menjalani sisa hukuman. Akhirnya, mereka berdua berangkat ke Balikpapan menjenguk anaknya yang berada di RSKD Balikpapan.

"Asna tak henti menangis ingin segera bertemu anaknya, katanya siapa yang mengingatkannya meminum obat? Siapa yang mengantar kebutuhannya, membopongnya ke kamar mandi. Saya akhirnya luluh menemani pergi ke Balikpapan untuk menengok Bety," ujar Patoroi.

Selama di rumah sakit, berbekal uang Rp 1 juta, orangtua Bety memenuhi kebutuhan mereka seadanya. Setiap hari tidur di teras rumah sakit, sesekali bergantian masuk ke ruang perawatan Bety dan menanyakan apa yang bisa dibantu.

"Kami siang malam merawatnya. Bahkan dari kecil dia ketika meminta uang kami kasih, sekarang pembalasannya seperti ini. Ketika di tahanan pun kami mengirim uang Rp 200 ribu untuk kebutuhannya selama sebulan. Kami tidak menyangka dia tega terhadap orangtuanya sendiri. Hingga harus dipanggil polisi," ujar Asna sambil meneteskan air mata.

Saat kejadian Asna berada di ruang perawatan Bety. Penjaga lapas ada di depan ruang perawatan. Melihat anaknya sudah bisa berjalan sendiri, Bety dibiarkan pergi ke kamar mandi tanpa ditemani.

Setelah dirasa cukup lama, Asna merasa khawatir kalau anaknya akan membeli makanan di luar. Dari pengakuan Asna, dia meminta penjaga lapas mencari tahu dimana keberadaan anaknya.

"Waktu itu saya pikir dia membeli makanan di luar, makanya saya minta penjaga mencarinya, takut penyakitnya tambah parah. Karena habis operasi dan jahitan belum dibuka. Penjaga itu mencari Bety," ujar Asna.

Setelah dicari di sekitar RSKD, Bety tidak ditemukan. Akhirnya kedua orangtua Bety dibawa ke Lapas dan selanjutnya ke Polres Balikpapan untuk menjalani pemeriksaan.

Kasat Reskrim Polres Balikpapan AKP Damus Asa mengatakan, pihaknya akan ikut melakukan pencarian terhadap tahanan lapas yang kabur.

"Tim gabungan dari Buser Narkoba dan Reskrim akan bekerjasama membantu mencari tahanan bernama Johari yang kabur Minggu (31/5/2015)," ujar Damus Asa.

Sedangkan orangtua Johari dimintai keterangan hingga dianggap datanya cukup. Kapolres Balikpapan AKBP Andi Aziz Nizar mengatakan tidak ada pengalihan hukuman terhadap orang lain. Dalam kasus kaburnya Johari, orangtua Johari tidak bisa menggantikan posisi Johari sebagai penghuni lapas.

"Tidak ada peraturan yang bisa menjamin seorang tahanan, jadi tidak ada pengalihan hukuman. Kalau kasus perdata bisa, misal utang seseorang yang dilunasi ahli warisnya. Hal itu bisa dilakukan pengalihan tanggung jawab. Lain dengan yang dialami orangtua Bety," ujar Andi Aziz Nizar.

Tidak Diborgol
Kepala Lapas Klas 2A Balikpapan Edy Hardoyo mengatakan Bety berada di RSKD untuk menjalani operasi ususnya, dan sudah opname selama 2 minggu terakhir.

"Jadi Bety, napi narkoba sesuai rujukan dokter lapas harus dioperasi akibat permasalahan pada ususnya. Sudah 2 minggu berada di rumah sakit, dan kemarin baru selesai menjalani operasi kedua untuk memotong ususnya," kata Edy saat ditemui di ruangannya.

Kejadian memalukan ini bermula saat Bety meminta izin petugas sipir yang bertugas menjaganya buang air kecil ke kamar mandi, setelah kembali dari WC, ternyata petugas tak melakukan prosedur seharusnya yaitu memborgol napi.

Sikap baik hati sipir ini sepertinya dimanfaatkan Bety, selanjutnya ia beralasan kembali keluar ruangan beli makanan di luar, tanpa rasa curiga petugas memberi izin.

Setelah ditunggu sekitar sejam, Bety tak kembali ke kamarnya.

"Sipir saya sangat baik, membiarkan Bety keluar masuk tanpa penjagaan, dan tak memborgolnya dengan asumsi kondisinya masih lemah sehabis operasi, akhirnya malah Bety kabur," kata Edy.

Bety merupakan napi kasus penyalahgunaan narkoba jenis sabu. Pria berumur 39 tahun terakhir beralamat di Komplek BDS Blok J-1 Gunung Bahagia, Balikpapan Selatan.

Bety mendapat hukuman 5 tahun penjara dan sudah menjalani 2,5 tahun atau setengah dari masa hukumannya. Bagi masyarakat yang mengetahui keberadaan Bety bisa menghubungi pihak kepolisian terdekat.

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas