Enam Belas Titik Api Terdeteksi di Sumsel
Tim Satuan Tugas (Satgas) Siaga Penanggulangan darurat kabut asap Sumsel, pada bulan Juni 2015 kembali menemukan enam belas titik hot spot.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Tim Satuan Tugas (Satgas) Siaga Penanggulangan darurat kabut asap Sumsel, pada bulan Juni 2015 kembali menemukan enam belas titik hot spot.
Sebanyak 16 titik hotspot ini tersebar di beberapa wilayah di Sumsel, di antaranya OKI dan Muara Enim.
Kepala Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (PKLH) Dinas Kehutanan Sumsel Taufik menjelaskan, informasi yang didapat dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat, cuaca di Sumsel pada umumnya sudah mulai berkurang hujannya, dan akan memasuki musim kemarau.
"Informasi dari BMKG, sekarang ini inten hujan mulai turun atau sudah musim pancaroba, dan perkiraan pada September nanti merupakan puncak kemarau," kata Taufik, Jumat (5/6/2015).
Menurut Taufik, berdasarkan pantauan satelit Aqua/Terra Modis, pada tanggal 2 Juni terdapat 13 titik api terdeteksi, 4 Juni 3 titik api, sementara pada tanggal 1 dan 3 Juni nihil titik api.
"Tahun 2015 total hot spot 270 titik, dimana pada bulan Mei terdapat 137 titik api, April 29 titik, Maret 42, Februari 33 dan Januari 13 titik," ujarnya.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Yulizar Dinoto menerangkan, dalam mengantisipasi bencana asap di Sumsel, yang selama ini kerap terjadi, pihaknya lebih mengedepankan tindakan pencegahan demi sosialisasi kemasyarakat.
"Sekarang memang status siaga darurat kabut asap sesuai SK Gubernur Sumsel nomor: -215/KPTS/BPBD/SS/2015 tentang siaga darurat asap, yang disebabkan kebakaran lahan dan hutan sejak 1 Mei sampai 1 Oktober mendatang. Kalau kondisinya tidak terkendali, maka bisa jadi tanggap darurat (sudah bencana)," tandas Yulizar.
Diterangkan Yulizar, meskipun saat ini di Sumsel masih ada titik panas, namun hal itu belum tentu merupakan kebakaran lahan atau hutan.
"Selama ini hotspot masih, seperti di Muara Enim selalu ada karena terdapat pengeboran minyak, batubara, pembakaran sampah atau lahan oleh masyarakat, namun itu tidak membahayakan sebab bukan asap melainkan titik api. Selain itu jika ada hotspot, namun besok mati, berarti ada kemajuan kerja tim dilapangan," bebernya.
Ketua DPD VI Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Sumsel ini mengatakan, belajar dari pengalaman sebelumnya pihaknya lebih menekankan pencegahan dengan penyuluhan, setiap kecamatan yang wilayahnya potensi terbakar, dengan melibatkan unsur BPBD, Dishut, Korem, TNI AU, Reskrimsus Polda, BPMPD, Disbun, Dispertan, dan BPBD Kabupaten/kota.
"Kita sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan, serta penyebarluasan maklumat Kapolda Sumsel nomor: Mak/03/IV/2015 tentang larangan pembakaran hutan lahan atau ilalang/semak belukar," ucapnya.
"Sosialisasi akan dilaksanakan rutin setiap minggu di beberapa Kabupaten di Sumsel, di antaranya Kabupaten OKI, OI, Banyuasin dan Muba, serta khusus daerah gambut diprioritaskan," tuturnya.
Yulizar menambahkan, sosialisasi tidak hanya dilakukan kepada masyarakat, pihaknya juga memberikan sosialisasi kepada perusahaan yang ada. Yakni dengan meminta kepada tiap perusahaan untuk membuat kanal blocking sehingga lahan gambut yang biasanya kering saat musim kemarau, bisa tetap basah.
"Kita tidak pakai dana APBD. Kita gunakan dana kerja sama antara Pemda dan instansi terkait. Ini upaya bersama, jadi semuanya ditanggung bersama," katanya. (arf/TS)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.