Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Aceh, Harga Daging Sapi Melonjak Hingga Rp 170 Ribu/Kg

Sedangkan harga terendah yang dipantau Serambi kemarin adalah Rp 120.000/kg, antara lain, di Aceh Tenggara

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Di Aceh, Harga Daging Sapi Melonjak Hingga Rp 170 Ribu/Kg
SERAMBI/ZAINUN YUSUF
Warga Abdya padati bantaran Kreung (Sungai) Beukah, Kecamatan Blangpidie, Selasa (16/6). Untuk membeli daging kebutuhan hari meugang sebuah tradisi menyambut Ramadhan. 

TRIBUNNEWS.COM, BLANGPIDIE - Harga daging sapi dan kerbau melonjak pada hari pertama mak meugang, Selasa (16/6) kemarin, di seluruh Aceh. Rekor harga paling tinggi tercatat di Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya), mencapai Rp 170.000 per kg untuk daging sapi, maupun kerbau.

Disusul Kabupaten Bireuen dengan harga Rp 150.000 per kg. Sedangkan harga terendah yang dipantau Serambi kemarin adalah Rp 120.000/kg, antara lain, di Aceh Tenggara, Banda Aceh, dan Langsa.

Dibanding tahun lalu, harga daging pada hari meugang yang dijual di wilayah Abdya naik Rp 200.000 per kg. Di luar musim meugang, daging sapi atau kerbau malah paling tinggi dijual seharga Rp 120.000 per kg.

Tapi, amatan Serambi kemarin, meskipun harga daging mencapai Rp 170.000/kg, tetap saja dibeli warga untuk dibawa pulang ke rumah sebagai santapan khas menjelang bulan puasa Ramadhan.

Seperti biasa, penyembelihan ternak untuk kebutuhan mak meugang di Abdya dipusatkan di bantaran Krueng Beukah, Dusun IV, Desa Keude Siblah, Kecamatan Blangpidie.

Meskipun hujan mengguyur sejak Selasa subuh, tapi gelombang warga yang datang dari berbagai penjuru Abdya, termasuk dari Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, mengalir ke lokasi penjualan daging sapi dan kerbau tersebut.

Awalnya sekitar pukul 07.00 WIB, para pedagang menawarkan harga Rp 150.000 per kg sebagai harga pembuka. Tak sampai satu jam, dalam suasana hujan yang terus mengguyur, harga daging pun daging naik menjadi Rp 160.000/kg, baik sapi maupun kerbau.

Berita Rekomendasi

Karena permintaan terus meningkat, sehingga pedagang daging menaikkan harga jualnya menjadi Rp 170.000 per kg. “Daging seharga 170.000 per kilogram merupakan harga tertinggi di Indonesia,” ujar Agus, warga Susoh, kepada Serambi kemarin.

Harga daging yang naik gila-gilaan itu, dia sesalkan karena sangat sulit dijangkau oleh warga miskin. Itu sebab, sejauh yang diamati Agus, ada manula miskin yang hanya sanggup membeli 1/2 kg daging sapi di lokasi penyembelihan hewan ternak itu kemarin.

Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distannak) Abdya, Maswadi SP MPd melalui Kabid Peternakan, Muntusir, harga daging tahun ini melambung tinggi di Abdya, disebabkan harga ternak kerbau sangat tinggi, rata-rata di atas Rp 15 juta per ekor.

“Malah ada yang harganya Rp 24 juta per ekor, sehingga modal para pedagang sangat besar,” ungkap Munstasir.

Kenaikan drastis harga daging tidak saja dirasakan di Abdya, tapi juga juga di Bireuen. Di kota keripik pisang dan sate Matang ini, harga daging sapi mencapai Rp 160.000/kg kemarin. Demikian pula di Peusangan, Gandapura, maupun Jeunieb.

Pagi hari, penjualan sapi sempat dibuka dengan harga Rp 140.000/kg. Tapi menjelang siang, seiring dengan minat beli yang meningkat, penjual pun mengatrol harga menjadi Rp 160.000/kg. “Tetap saja ramai yang beli,” kata Rusli, pedagang di pasar Bireuen.

Bagi orang Aceh, mak meugang adalah tradisi yang terus terjaga hingga kini. Masing-masing keluarga akan membeli daging sapi, kerbau, kambing, minimal ayam ataupun bebek, untuk dimasak dan dimakan bersama keluarga menjelang masuknya Ramadhan.

Seorang ayah seperti terhina rasanya jika tak sanggup membawa pulang minimal 1-2 kg daging ternak ke rumahnya. Demikian pula sang menantu, jika tak sanggup membawa pulang daging sapi atau kerbau ke rumah mertuanya pada hari meugang. Di Aceh, meugang berlangsung dua kali: menjelang Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.

Nah, tradisi inilah yang memicu harga psikologis ataupun harga gengsi, sehingga harga jual daging sapi dan kerbau melonjak pada hari-hari mak meugang. Ketika Drh Irwandi Yusuf MSc memimpin Aceh (2007-2012) ia pernah berupaya menekan harga jual daging sapi di Aceh, dengan mendatangkan sapi impor dari Australia. Namun, upaya itu gagal menekan harga daging di seluruh Aceh. Tiap kali meugang, tetap saja harga daging melonjak.

Pantauan Serambi kemarin, hanya di beberapa daerah daging sapi dijual dengan harga relatif wajar, yakni Rp 120.000/kg, hanya naik Rp 10.000 hingga Rp 20.000 dari harga jual pada hari-hari biasa. Harga seperti itu tercatat di Aceh Tenggara, Banda Aceh, Aceh Besar, dan Langsa.

Sedangkan di kabupaten/kota lainnya harga jual daging umumnya berkisar antara Rp 140.000-Rp 150.000 per/kg, seperti di Sabang, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Aceh Selatan.

Penyebab tingginya harga jual adalah karena harga beli sapi atau kerbau per ekor saat ini rata-rata di atas Rp 12 juta, di samping banyak pedagang bersikap aji mumpung, yakni memanfaatkan minat pembeli yang mau tidak mau harus membawa pulang 1-2 kg daging ke rumahnya untuk kebutuhan meugang puasa. (nun/c38/dik/as/zb/mbo/aya/my/tz/ag)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas