Lantunan Puisi Anak Yatim Bikin Istri Menteri Kabinet Kerja Menangis
Ibad anak piatu, tak tahu di mana ibu dan bapaknya. Puisi yang dibacakannya membuat nangis para istri menteri Kabinet Kerja.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Miftah Faridl
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - "Kami rindu kasih sayang ayah ibu. Kami dicampakkan bak hina." Sepenggal bait puisi yang dibacakan Ibad membuat raut wajah istri para menteri Kabinet Kerja.
Dalam puisi itu Ibad berkisah tentang pengalaman hidup dia dan ratusan teman-temannya, penghuni Pondok Pesantren Millinium Roudlotul Jannah di Tenggulunan, Candi, Sidoarjo, Jawa Timur. (Baca juga: Gus Mad Bangga Tampung 'Bayi-bayi Haram' Apapun Keadaannya)
Yusfien Karlina di antaranya orang yang sedih mendengar puisi Ibad. Istri Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edie Purdijanto, tak sekali dua kali mengusap air matinya, karena terharu dengan puisi tersebut.
Bukan hanya Yasfien, istri menteri lainnya seperti Siti Farida (istri Mensesneg Pratikno), Yultifani (istri Menteri PPN/Kepala Bappemas Adrinof Chaniago), Shohibah (istri Menpora Imam Nachrawi) serta Bintang (istri Menteri Koperasi dan UMKM Puspayoga), juga terharu mendengar puisi Ibad.
Mereka didampingi istri Gubernur Jatim, Nina Sukarwo dan Wakil Gubernur Fatma Syaifullah Yusuf. Rombongan meninjau kamar santri bayi, berinteraksi dengan bayi-bayi terlantar yang diasuh ustaz Muhammad Khoirul Sholeh Efendie, pimpinan ponpes.
"Kami sangat prihatin dengan latar belakang anak-anak ini. Tetapi saya bersyukur mereka diasuh dengan baik di sini. Sehat semua. Alhamdulillah," ujar Yusfien yang mengaku terharu atas perjuangan ponpes merawat dan mengangkat derajat anak-anak terlantar oleh orangtuanya itu.
Gus Mad, panggilan ustaz Muhammad Khoirul Sholeh Efendie, senang para isteri menteri Kabinet Kerja datang berkunjung. "Saya berterima kasih atas kunjungan ini. Momen siang ini adalah satu dari tiga momen istimewa kami di bulan Ramadan," ungkap dia.
Kepada rombongan, Gus Mad mengungkapkan curahan hatinya. Ia berharap kunjungan ini memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi anak-anak asuhnya, yang sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan terancam hidupnya.
"Banyak anak-anak kami yang belum diakui sebagai warga negara. Mereka tidak punya akte kelahiran dan kartu keluarga," terang Gus Mad. Menurut dia, masalah izin sekolah anak-anak pun tak kunjung turun. Belum lagi jika mengurus hak layanan kesehatan bagi anak asuhnya yang jatuh sakit.