Tolak Bayar Uang Parkir, Polisi Jogja Dikeroyok Massa hingga Babak Belur
Saat itu Toni itu sedang mengantarkan istrinya di Toko Emas Semar Jawa.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN – Lantaran menolak membayar uang parkir dan menganiaya tukang parkir, seorang polisi berpangkat Brigadir yang bertugas di Polisi Daerah (Polda) Daerah Istimewa Yogjakarta harus menerima bogem mentah hingga babak belur, dari puluhan warga yang mengeroyoknya.
Namun informasi yang dikumpulkan Joglosemar, ternyata permasalahan pada awalnya tidak hanya berkaitan, dengan penolakkan membayar uang parkir oleh polisi yang bernama Toni Pamungkas ini.
Kejadian pengeroyokan tersebut, terjadi di depan Toko Emas Semar Jawa yang terletak di Dusun Koplak, Desa Kebundalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, Selasa (7/7/2015) sekitar pukul 11.00 WIB.
Menurut Kordinator tukang parkir di tempat itu, Catur Yuda Setiawan (40) yang juga mengetahui awal mula permasalahan tersebut Menuturkan, awal mula permasalahnya terjadi pada Minggu (5/7) lalu.
Saat itu Toni itu sedang mengantarkan istrinya di Toko Emas Semar Jawa. Setelah keluar dari toko tersebut, Toni lalu ketempat parkir untuk mengambil kendaraannya.
“Namun oknum itu tidak mau membayar uang parkir, malah salah satu tukang parkir yang bernama Hartanto [27] dipukul dengan gagang pistol, sambil mengancam tukang parkir disitu dengan pistolnya. Setelah kejadian, Hartanto melakukan visum dan melaporkannya kepada Polsek Prambanan pada hari itu juga,, ”ungkap Catur, Selasa (7/7).
Catur melanjutkan,lalu pada Senin (6/7) Toni datang lagi memakai seragam anggota polisi dan mengendarai mobil, berniat untuk menemui Hartanto. Karena yang dicari tidak ada ditempat karena masih sakit dan digantikan oleh adiknya bernama Sulistyo (19).
“Sulistyo saat itu juga terkena imbasnya oleh oknum tersebut, ia ditabrak dengan mobil. Tapi beruntung tidak terluka parah hanya terpental beberapa meter. Saya sarankan kepada Sulistyo untuk melaporkan juga kepada Polsek Prambanan,”jelasnya.
Lalu kejadian pengeroyokkan tersebut, terjadi pada hari ketiga, Selasa (7/7/2015) sekitar pukul 11.15 WIB. Catur menceritakan, dengan mengendarai sepeda motor Toni kembali menemui Sulistyo. Kemudian tiba-tiba menyemprotkan sesuatu kewajah Sulistyo.
“Pada saat itu, saya juga berada disitu. Lalu saya mendatangi Toni tersebut yang juga menyemprotkan benda yang ia bawa ke wajah saya. Namun saya bisa mengelak dan mengunci bagian lehernya dengan tangan. Lalu ada warga yang membantu saya, kemudian terjadi peristiwa pengeroyokkan tersebut,”ceritanya.
Menurut Catur, polisi tersebut bertindak arogan dengan melakukan teror terhadap tukang parkir diwilayah kordinasinya.
“Saya berharap masalah ini bisa diselesaikan secara adil, tidak memandang apa seragam yang digunakannya. Disini, saya sebagai perwakilan teman-teman parkir, merasa diteror oleh oknum tersebut,” tuturnya.
Penulis: Dani Prima
Sumber: JogloSemar.co