Pemudik Sepeda Motor Diimbau Jangan Bawa Balita
Nyawa Anda, keluarga, dan orang lainnya terlalu berharga untuk dikorbankan demi memenuhi hasrat perjalanan yang tak terkontrol.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Jika harus menggunakan sepeda motor (sepmor) untuk mudik, apalagi bila jaraknya lebih dari 120 kilometer, Anda disarankan untuk tidak membawa anak kecil, apalagi bayi.
“Sebaiknya tidak membawakan anak-anak untuk perjalanan yang jauh dengan menggunakan sepeda motor,” kata praktisi kesehatan, Dr dr Syahrul SpS-(K) yang juga Direktur RSU Meuraxa, Banda Aceh, seperti dikutip dari Serambi Indonesia, Selasa (14/7/2015).
Sebagaimana diketahui, ada orang tua yang membonceng dua hingga tiga orang anaknya untuk perjalanan yang jauh dengan sepmor, misalnya dari Banda Aceh menuju Aceh Timur–Aceh Tamiang. Dengan waktu tempuh lebih dari delapan jam itu, sangatlah berisiko bagi kesehatan bayi di bawah lima tahun (balita).
Semakin lama waktu tempuh, semakin tinggi pula tingkat kelelahan, khususnya sang pengendara. “Dengan kondisi yang lelah pengemudinya ditambah padatnya arus mudik, risiko kecelakaan di jalan pun semakin besar,” kata mantan dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ini.
Jika pun sepmor dibutuhkan untuk dipakai selama berlebaran di kampung, kata Syahrul, tak ada salahnya dibawa pulang. Namun, si bayi bersama sang ibu sebaiknya dipulangkan dengan menggunakan bus atau mobil L-300 saja.
Selain itu, bagi orang yang mengalami hipertensi, kadar gula yang tinggi, juga dilarang mengemudi kendaraan. Nyawa Anda, keluarga, dan orang lainnya terlalu berharga untuk dikorbankan demi memenuhi hasrat perjalanan yang tak terkontrol.
Kecuali itu, jangan lupa pula beristirahat sejenak setelah mengendarai selama kurang lebih dua jam. Ini untuk merelaksasi otot-otot yang tegang dan kaku selama berjam-jam dalam perjalanan.
Selain itu, Doktor Syahrul mengingatkan pihak puskesmas tidak lupa menyiagakan alat-alat kesehatan darurat (emergency kit) dengan jumlah yang memadai.
Selain itu, petugas kesehatan sendiri juga harus terampil. “Kerap terjadi kehabisan benang. Sudah ada benang, tapi kadang tidak ada petugas yang mampu menjahit. Hal-hal ini harus diantisipasi jauh-jauh hari,” kata mantan direktur RSUZA Banda Aceh ini.