Tradisi Nyalakan Seribu Senthir Bikin Meriah Malam Takbiran di Ngawi
Kerlap-kerlip cahaya yang dihasilkan senthir dan lampion ini membuat jalan seolah menyala
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ikrob Didik
TRIBUNNEWS.COM, NGAWI - Cara unik dilakukan oleh warga di Desa Pakah, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur untuk memeriahkan malam takbiran menyambut Idul Fitri 1436H.
Para muda-mudi di desa tersebut menyalakan sekitar seribu senthir (alat penerang dari botol diisi minyak tanah) dan lampion di sepanjang jalan utama kampung.
Senthir dinyalakan di sisi kiri dan kanan jalan. Sementara lampion mengantung di pepohonan. Panjang total jalan yang dihiasi senthir dan lampion ini sekitar 1 kilometer.
Kerlap-kerlip cahaya yang dihasilkan senthir dan lampion ini membuat jalan seolah menyala. Kondisi ini dimanfatkan oleh anak-anak, muda-mudi hingga para orang tua untuk duduk-duduk bercengkrama.
"Latar belakangnya sederhana saja, dari pada takbiran pawai keliling ugal-ugalan mending pakai cara menyalakan senthir ini untuk menyambut Idul Fitri. Lebih meriah dan tak ganggu orang lain," kata Tomi Maulidin (25) penggagas acara tersebut, Kamis (16/7/2015).
Untuk menyalakan seribu senthir itu, ia mengajak serta para muda-mudi di Pakah Utara. Senthir dan lampion itu mulai dinyalakan setelah salat Magrib ketika pemerintah resmi mengumumkan Idul Fitri jatuh pada Jumat (17/7/2015) besok.
Senthir yang tingginya hampir sejengkal tangan orang dewas ini dibuat sendiri oleh para pemuda memanfatkan barang-barang bekas. Terutama botol bekas minuman berenergi yang dikumpulkan dari toko-toko di kampung.
Sulit dan mahalnya Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak tanah membuat Tomi mengunakan alternatif lain.
"Bahan bakar tidak pakai minyak tanah, tapi pakai solar yang dicampur bensin. Lebih murah," kata pemuda yang punya usaha kaus racing bernama Tom's Crazing ini.
Menurut Tomi, selain dari merogoh kantong pribadi, biaya yang dihabiskan untuk pembuatan senthir dan lampion itu juga merupakan hasil patungan sukarela dari warga sekitar.
"Tahun lalu kita juga ada acara seperti ini. Bedanya, tahun ini jumlah lampion dan senthir lebih banyak," ujarnya.
Warga memang terlihat antusias memanfatkan keberadan senthir dan lampion itu. Anak-anak tampak asyik menyalakan kembang api. Sementara para kawula muda memanfaatkanya untuk selfie.
Para perantau yang mudik ke Desa Pakah juga merasa terhibur dengan keberadan seribu senthir itu. Seorang pemudik bernama Wawan mengaku senthir itu mengingatkan masa kecil dulu.
"Pas tadi lihat langsung teringat sat kecil di sini. Dulu kalau takbiran keliling kampung bawa obor ramai-ramai," kata pekerja swasta yangengadu nasib di Ibu Kota ini.