Petani Teladan Asal Jambi Mengaku Berhasil Putar Uangnya dari Rp 100 Juta jadi Rp 1,3 Miliar
Sanidi (48) warga Desa Kasang salah satu yang beruntung dapat melihat pidato Jokowi secara langsung
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam acara pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo di kompleks parlemen, Senayan, Jumat (14/8/2015) lalu, hadir 1300 tamu teladan yang diundang khusus dari seluruh Indonesia.
Sanidi (48) warga Desa Kasang Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi ialah salah satu yang beruntung dapat melihat pidato Jokowi secara langsung. Datang jauh dari Sumatera, membuat ayah dua orang anak ini antusias melihat laporan pertanggungjawaban Jokowi kepada rakyat selama 10 tahun menjabat.
Sebagai seorang petani holtikultura, Sanidi ialah salah seorang yang bisa dibilang sukses di desanya. Mengenakan batik berwarna hijau dan meneteng tas pemberian panitia, dirinya dipilih oleh Dinas Pertanian setempat sebagai seorang yang berangkat ke Jakarta.
"Saya sampai di Jakarta kemarin (tanggal 13 Agustus). Proses pertama (seleksi) tanggal 15 Juni, kemarin tanggal 30 Juni ditetapkan sebagai juara satu," katanya kepada Tribunnews.com.
Dirinya ialah seorang petani yang berpestasi program usaha agribisnis perdeseaan. Program Kementerian Pertanian tahun 2008. Lewat program tersebut Sanidi berhasil mendapatkan kucuran pinjaman Rp 100 juta.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Harapan Jaya tersebut akhirnya membagikan pinjaman yang didapat kepada 625 petani dibawah naunganya.
"Dana masuk tahun 2009 cairnya 2010 empat tahun berjalan keuntungan Rp 450 juta. Sementara kalau dihitung kami berhasil memutar uang Rp 1,3 miliar sampai saat ini," katanya.
Tanaman holtikultura yang menjadi programnya pun menginspirasi petani di wilayahnya. Sampai akhirnya hasil bumi yang ditanam, menjadi penyangga untuk kota.
"Ada bayam, kangkung, kacang panjang," kata pria yang lahir di Kediri Jawa Timur tersebut.
Menariknya, dirinya sama sekali tak memiliki lahan. Namun menggarap lahan yang menganggur milik orang lain. Dengan begitu, dapat mengirit pengeluaranya setiap bulan.
Selain berhasil memberikan pendidikan anaknya hingga bangku kuliah, Sanidi berharap apa yang dilakukanya bisa diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia.