Tengah Malam, Warga Desa Ini Rayakan Kemerdekaan RI di Kuburan
Warga menggelar upacara penghormatan pada arwah pahlawan dengan singkat, namun sangat khidmat.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR – Warga Desa Bulu, Kecamatan Jaten, Karanganyar, memiliki tradisi menghormati perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia dengan cara yang berbeda. Setiap tahun, tengah malam menjelang ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus, mereka berkumpul di makam desa. Ada apa di sana?
“Di makam desa ini terbaring 24 jasad veteran pejuang kemerdekaan. Sekitar 15 orang di antaranya, memiliki Bintang Gerilya, sehingga semestinya berhak di makam pahlawan,” tutur Pramono, ketua RW 17 di Bulu, Minggu (16/8/2015) malam.
Jumlah sebanyak itu memang tidak mengherankan, karena Pramono tinggal di Kompleks Perumahan Cacat Veteran. Perumahan itu dibangun oleh Yayasan Dharmais dan diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto, awal tahun 1990. Ada 124 anggota Korps Cacat Veteran yang mendapat rumah sederhana di Bulu.
Sekarang, imbuh Pramono, mantan pejuang yang masih hidup tinggal satu dua orang saja. Mereka yang meninggal dunia, banyak yang dimakamkan di makam desa tidak jauh dari perumahan.
Minggu malam kemarin, ratusan warga Bulu yang terdiri anak turun para pejuang di perumahan korps veteran dan sekitarnya, berdiri tegap di tengah makam. Mereka menggelar upacara penghormatan pada arwah pahlawan dengan singkat, namun sangat khidmat.
Lampu-lampu penerangan jalan dimatikan. Cahaya pun hanya menyebar hanya dari sejumlah obor yang dinyalakan di masing-masing makam pejuang. Sementara, suara seorang gadis membawakan puisi karya Ibu Tien Soeharto berjudul “Padamu Tumbal Negara.”
Dan akhirnya, ketika puisi berlalu, ledakan puluhan kembang api mengoyak keheningan malam. Selesai sudah, peserta upacara berbaris pulang ke kampung masing-masing.
Suharjanto, pensiunan TNI AD yang malam itu bertugas sepagai perwira upacara menjelasakan, seluruh bagian prosesi upacara bertujuan memberikan penghargaan dan penghormatan pada para pejuang. Namun, ada tujuan lain, yakni ingin menanamkan rasa cinta tanah air dan nilai-nilai kejuangan pada generasi muda.
“Seperti kembang api tadi, lebih untuk memikat anak-anak kecil, mereka jadi bersemangat mengikuti upacara, dan sudah tentu ini awal yang baik untuk mengenal siapa pahlawan mereka,” imbuhnya.
Penulis: Ari Kristyono
Sumber: JogloSemar.co
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.