Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pamor Batu Akik Mulai Turun, Dulu Bisa Dapat Rp 2 Juta, Sekarang Cuma Rp 200 Ribu Sehari

Dengan menjual batu akik, Kevin Dulman berharap bisa mendapat tambahan uang kuliah.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pamor Batu Akik Mulai Turun, Dulu Bisa Dapat Rp 2 Juta, Sekarang Cuma Rp 200 Ribu Sehari
Tribun Lampung/ Heru Prasetyo
Deretan aksesories batu akik dijajakan di kompleks PKOR Way Halim Bandar Lampung. 

Laporan wartawan Tribun Manado Arthur Rompis

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Dengan menjual batu akik, Kevin Dulman berharap bisa mendapat tambahan uang kuliah.

Kevin yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsrat berencana membuat skripsi tentang tingginya minat warga terhadap batu akik.

Namun, kini penjual batu akik di seputaran Taman Kesatuan Bangsa (TKB) ini siap - siap mengganti judul akibat turunnya minat warga terhadap batu akik.

Ya. Pesona batu akik kini tengah memudar. Warga yang dulu gila batu akik kini mulai melupakannya. Bisnis batu akik pun kembang - kempis.

Hal itu dirasakan Kevin. Kevin yang menjual bongkahan batu akik mengatakan penghasilannya sehari kini berkisar Rp 200 ribu. Turun jauh dari sebelumnya yakni Rp 2 juta perhari. "Pendapatan turun jauh," kata dia.

Kevin mengaku terpaksa menurunkan harga bongkahan batu agar supaya laku. Batu doko elektrik kini dijualnya Rp 500 ribu dari semula Rp 1 juta per bongkahan. Begitupun batu bacan kembang dari Rp 130 ribu menjadi Rp 50 ribu.

Berita Rekomendasi

Kevin menengarai, turunnya pendapatan pedagang merupakan akumulasi dari sejumlah faktor. "Minat warga mulai berkurang sedang pedagang makin banyak," katanya.

Menurut dia, pendapatan pedagang bisa terjaga jika ada standar harga. Sayangnya, tak ada standar harga di kalangan pedagang batu akik di Manado.

"Beda dengan di Jakarta serta kota besar lainnya, ada standar harganya, hingga harga stabil," ujarnya.

Marini pedagang bongkahan batu akik lainnya mengaku terus merugi. Pendapatan tak bisa menutup pengeluaran. "Pulang pokok saja tidak," kata dia.

Pedagang asal Maluku ini menuturkan pendapatannya sehari berkurang jauh dari Rp 3 juta menjadi Rp 300 ribu. Jika ingin untung, pendapatan perharinya harus berkisar Rp 1 jutaan. Itu untuk menutupi pengeluarannya sebesar Rp 8 juta rupiah.

"Pengeluaran saya sangat banyak mulai dari ambil batu di Maluku, naik kapal, kemudian dihaluskan di sini, semua perlu biaya besar, belum lagi biaya sogok kepada petugas kapal," kata dia.

Seperti Kevin ia terpaksa menurunkan harga batu. Batu Bacan Loloda ia jual Rp 50 ribu padahal mestinya Rp 100 ribu. Begitupun Bisori yang turun sekira 30 persen dari harga aslinya menjadi Rp 200 ribu.

Halaman
12
Tags:
Sumber: Tribun Manado
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas