Tiket dan KTP Dipakai Orang Lain, Dewa Putu Raka pun Selamat dari Tragedi Trigana Air
Rencananya Dewa Raka akan bertugas di Oksibil selama seminggu kedepan. Tidak ada firasat apapun menghampirinya.
Editor: Dewi Agustina
Kisah Dewa Putu Raka Selamat dari Tragedi Trigana Air
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Berita pesawat Trigana Air rute Jayapura-Oksibil yang hilang kontak dan kemudian dilaporkan menabrak gunung, membuat ponsel Dewa Putu Raka tak henti-hentinya berdering, Senin (17/8/2015).
Teman kerja, teman kuliah, keluarga, rekan di organisasi keagamaan di Jayapura yang kenal dengan nama Dewa Putu Raka terus menghubunginya.
Ini semata karena namanya terus terpampang dalam daftar 49 penumpang yang ditayangkan televisi.
"Dari setelah kejadian sampai larut malam hingga tadi (kemarin) saya menerima telepon. Semua bertanya kabar saya. Saya katakan saya baik-baik saja," ucap Dewa Putu Raka dari Jayapura melalui sambungan telepon kepada Tribun Bali (Tribunnews.com Network), Senin (17/8/2015) malam.
Pesawat dipiloti Kapten Hasanudin, kopilot Aryadin, mekanik Mario, serta pramugari Ika dan Dita.
Informasi yang diperoleh dari warga, pesawat menabrak pegunungan di Desa Bape, Distrik Okbape, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua.
Serpihan pesawat kemudian ditemukan pada tebing pegunungan oleh armada pencarian dari udara milik PT Trigana, Senin (17/8/2015) pukul 08.50 WIT.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi, ini mungkin sudah jalan Tuhan. Saya juga panik, saya terus menghubungi teman-teman yang ikut dalam penerbangan tersebut tapi ponselnya semua sibuk," kata Dewa Raka, yang bekerja di Kantor Pos Jayapura.
Setali tiga uang, keluarga Dewa Raka di Banjar Triwangsa, Desa Tegaltugu, Kabupaten Gianyar, Bali, sempat panik.
Sang kakak, Dewa Nyoman Alit (50), sontak terperanjat dari tempat duduknya setelah melihat berita di televisi yang menyatakan adiknya merupakan satu penumpang dari pesawat yang hilang kontak tersebut.
Dewa Alit lalu memanggil istri dan anak-anaknya. Ia meminta diambilkan kacamata.
"Tolong ambil kacamata, ada pesawat jatuh di Papua. Ada nama Dewa Putu Raka. Apa itu benar?" begitu dia bertanya kepada istri dan anak-anaknya saat melihat siaran televisi.
Suasana menjadi tegang. Rasa was-was pun mulai bermunculan. Mereka sekeluarga terus berdoa agar Dewa Raka dalam keadaan selamat. Baru tadi siang (kemarin) Dewa Raka menghubungi keluarganya di Tegaltugu.
Berkabarnya dia membuat keluarga perlahan menghela napas panjang.
"Baru tadi siang (kemarin) saya dihubungi sama adik saya. Dia berpesan keluarga jangan khawatir. Dia dalam keadaan baik-baik saja," kata Dewa Alit penuh syukur saat ditemui di rumahnya, kemarin.
Dewa Raka menuturkan, pertama kali ia mengetahui berita hilangnya pesawat Trigana Air melalui running text di satu televisi swasta, Minggu siang. Pria 47 tahun ini pun bergeming dari depan televisinya.
Nama Dewa Raka lalu muncul sebagai satu di antara 49 orang penumpang pesawat.
Pria asal Banjar Triwangsa, Desa Tegaltugu, Kecamatan Gianyar ini lanjut bercerita. Ia membenarkan bahwa satu tiket pesawat memang atas nama dirinya.
Ia memesan tiket tersebut Kamis (13/8/2015) dan akan menuju Oksibil untuk menjalankan tugasnya sebagai pegawai PT Pos Indonesia.
"Memang saya sudah memesan tiket. Saya mesennya itu hari Kamis minggu lalu," katanya.
Rencananya Dewa Raka akan bertugas di Oksibil selama seminggu kedepan. Tidak ada firasat apapun menghampirinya. Semuanya berjalan normal. Dewa Raka pun bekerja seperti biasanya.
Sabtu (15/8/2015), saat ia sedang di kantor, sebuah surat elektronik (e-mail) masuk. Isinya adalah kabar terbaru ihwal penugasan.
Dewa Raka ditugaskan untuk dinas ke Bandung, Jawa Barat, Rabu (19/8/2015) selama tiga hari.
"Jadi lewat email itu yang tugas ke Oksibil saya lepas, saya serahkan ke kantor mau mengutus siapa," tuturnya.
Akhirnya ditunjuk lah orang lain memakai tiket atas nama Dewa Putu Raka. Selain itu, KTP atas nama dirinya juga digunakan orang tersebut.
"Ada orang ditunjuk menggantikan saya. Memakai tiket saya dengan foto kopi KTP saya juga," kata pria yang tinggal di Kelurahan Hedam, Distrik Heram, Kota Jayapura ini.
Desak Nyoman Sriwati (46), yang tak lain adalah ipar Dewa Raka, atau istri dari Dewa Ketut Alit, mengaku sempat bermimpi membuat banten gede yang disertai guling sebelum insiden Trigana Air.
Firasatnya mendadak tidak enak. Namun ia memilih untuk tidak menceritakan kepada siapapun.
"Setelah mimpi itu, firasat saya buruk. Tapi entah apa yang akan terjadi saya tidak tahu. Beruntung Sang Hyang Widhi melindungi keluarga kami," ujarnya.
Raut wajah Desak Sriwati kemarin malam saat ditemui rumahnya masih menyiratkan kekhawatiran. Tak henti-henti ia berucap syukur sembari mencakupkan kedua tangannya menuju arah merajan.
"Setelah suami saya ditelepon sama ipar saya, kami berucap syukur. Kami diminta selalu nunasica. Astungkara Widhi mepaica keselamatan," tuturnya sumringah.