117 Lubang Penambangan Emas Liar di Pongkor Ditutup
Tujuh dari ratusan lubang itu ditutup menggunakan semen agar para gurandil tidak kembali melakukan aksinya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR -- Sebanyak 117 lubang dari total 686 lubang yang digunakan para penambang emas liar atau gurandil di areal PT Antam UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, ditutup petugas gabungan TNI-Polri, Sabtu (19/9/2015).
Tujuh dari ratusan lubang itu ditutup menggunakan semen agar para gurandil tidak kembali melakukan aksinya.
Untuk menutup 117 lubang itu, dikerahkan sebanyak 2.376 petugas gabungan TNI-Polri bersama Balai Taman Nasional Halimun Salak dan Satpol PP Kabupaten Bogor.
"Hari ini kami berhasil melakukan penertiban dengan menutup 110 lubang aktif dan tujuh lubang akan lainnya akan dicor menggunakan semen. Itu sudah kita ploating," ujar Kapolres Bogor AKBP Suyudi Ario Seto, usai penertiban.
Humas PT Antam Arief Armanto menjelaskan, dari total 686 lubang milik gurandil, ada 117 lubang yang masih aktif di Gunung Pongkor.
Ke-117 lubang tersebut, tersebar di enam lokasi yaitu Gunung Butak, lokasi Awi atau Balon, lokasi Cepu, Ciurug, Ciguha, Keuyeup dan Geslo.
"Penertiban dilakukan selama dua hari, dengan target sebanyak 117 lubang yang masih aktif," kata Arief Armanto.
General Manager PT Antam UBPE Pongkor I Gede Gunawan mengatakan, penutupan lubang penambang liar dilakukan sebagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan dan ekosistem di kawasan Gunung Pongkor.
Air limbah dari pengolahan bahan emas dengan menggunakan logam berat merkuri mengakibatkan aliran sungai Cikaniki dan lahan sawah menjadi tercemar.
"Dari tempat pengolahan menggunakan gelundung itu mereka langsung membuang air limbahnya ke sungai dan petakan sawah," ujar I Gede Gunawan.
Maraknya penambang emas liar di kawasan Gunung Pongkor terjadi saat krisis moneter pada tahun 1998. Para penambang emas tanpa izin itu mulai melakukan pengolahan gelundungan secara massif dan besar-besaran.
"Awalnya aktivitas dilakukan secara sembunyi-sembunyi, namun saat ini secara terang-terangan bahkan hingga tembus ke produksi milik Antam. Ini yang menyebabkan terjadinya potensi kehilangan cadangan emas yang cukup besar," kata I Gede Gunawan.
Berdasarkan hasil penghitungan pada tahun 2012-2013 telah terjadi potensi kehilangan cadangan emas sekitar 1,6 ton, yang jika konversikan ke harga emas saat ini kerugian sekitar Rp 800 miliar.
"Kita sempat melakukan penertiban, namun terjadi perlawanan dari para gurandil bahkan sempat terjadi insiden berupa perusakan aset," ujarnya. (Soewidia Henaldi)