'Warga Cuma Bayar Iuran Listrik Rp6.000 Per Bulan'
Dulunya, televisi adalah barang mewah, bukan karena soal harganya, melainkan tak ada tenaga listrik untuk menghidupkannya.
Editor: Rendy Sadikin
Televisi yang terpasang di samping rumah kepala desa itu disuplai dari PLTS Terpusat 15 kwP.
Jadi tidak mengganggu daya dari yang 50 kWp.
Kini Pulau Kawaluso pun surplus listrik yang rencananya akan dimanfaatkan untuk meningkatkan ekenomi produktif warga.
"Kami berencana membeli peralatan pembuat es karena masyarakat di Kawaluso umumnya bekerja sebagai nelayan. Es sangat diperlukan. Mungkin dananya bisa diambil dari iuran listrik itu. Tahun depan akan coba dinaikkan hingga Rp 10.000 per bulan," ujar Barahama.
Kini pelajar sekolah dasar di Kawaluso sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumah mereka saat malam hari.
Dulunya, jika ingin belajar, mereka terkendala dengan penerangan yang hanya tersedia dari lampu sumbu seadanya yang diberi minyak tanah.
Jalan-jalan desa pun kini menjadi terang dan warga tidak lagi takut untuk keluar dari rumah.
Sang surya tidak hanya bersinar saat siang hari, tetapi terus menerangi hingga hingga malam hari lewat teknologi konversi tenaga surya menjadi listrik.
Penyediaan energi terbarukan matahari menjadi listrik itu juga dirasakan warga yang mendiami pulau-pulau lainnya di Kepulauan Marore, seperti Pulau Matutuang, Pulau Kawio, Pulau Kemboleng, dan Pulau Marore.
Di pulau-pulau itu juga sudah dibangun PLTS Terpusat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.