Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Warga Cuma Bayar Iuran Listrik Rp6.000 Per Bulan'

Dulunya, televisi adalah barang mewah, bukan karena soal harganya, melainkan tak ada tenaga listrik untuk menghidupkannya.

Editor: Rendy Sadikin
zoom-in 'Warga Cuma Bayar Iuran Listrik Rp6.000 Per Bulan'
TRIBUN JABAR/DENI DENASWARA/DENI DENASWARA
Ilustrasi listrik 

TRIBUNNEWS.COM - Saat malam menjemput di Pulau Kawaluso, Kecamatan Kepulauan Marore, Sulawesi Utara, beberapa ibu datang berkumpul di samping rumah kepala desa setempat.

Sebuah televisi yang tersambung dengan antena parabola menjadi tujuan mereka.

Menonton acara televisi kini menjadi salah satu hiburan warga desa saat malam tiba.

Perangkat televisi itu milik desa yang dibeli agar warga yang tidak mampu bisa menonton juga.

Dulunya, televisi adalah barang mewah, bukan karena soal harganya, melainkan tak ada tenaga listrik untuk menghidupkannya.

Kalaupun ada, itu hanya bisa dimiliki warga yang mampu membeli genset.

"Kami membeli solar saat ada kapal merapat, satu galon seharga Rp 150.000. Dalam sebulan, paling kurang kami harus habiskan dua galon untuk genset. Tapi, kini genset tidak lagi dioperasikan karena sudah ada tenaga listrik matahari," ujar Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kawaluso Hery Totaeng.

Berita Rekomendasi

Tenaga listrik matahari yang dimaksud oleh Totaeng adalah sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat berkapasitas 50 kWp yang dibangun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

PLTS itu menerangi semua rumah warga di Pulau Kawaluso sebanyak 195 pelanggan rumah tangga.

Dengan pasokan listrik sebesar itu, warga Kawaluso hanya dibebankan biaya iuran listrik Rp 6.000 per bulan.

Iuran itu untuk biaya operasional Kelompok Pengelola Listrik Desa dan menjadi dana cadangan jika ada kendala yang harus dibiayai.

"Masing-masing rumah mendapat jatah harian 450 watt yang dikontrol lewat peralatan kWh limiter. Jadi semuanya adil mendapat pasokan listrik yang sama," kata Kepala Desa Kawaluso, Benny Barahama, Selasa (22/9/2015).

Benny menjelaskan, selain PLTS Terpusat 50 kWp tersebut, ada pula PLTS Terpusat berkapasitas 15 kWp yang dibangun Kementerian Desa sebelumnya.

Pasokan listrik dari PLTS tersebut digunakan untuk kepentingan dan fasilitas umum, seperti penerangan di gedung gereja, masjid, dan pasokan listrik saat warga menggelar hajatan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas