Demi Alquran yang Hilang, Bocah Asal Ngaglik Rela Jualan Kue Keliling
Sebelumnya, tas berisi Alquran milik Rizal hilang saat ditinggal di musala. Padahal Rizal sedang menghafal Alquran atau tahfidz.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM, NGAGLIK - Zyah Rizal Fadilah (11), bocah kelas 6 SD penjaja kue keliling, selalu ingat pesan ibunya "kalo nilai ulangannya jelek, ia harus berhenti jualan."
Sejak diizinkan ibunya berjualan kue keliling saat ia kelas 2 SD dulu, Rizal selalu mendapat nilai di atas 80 di sekolah.
"Nilai saya rata-rata 80, Mas hehehe...Beberapa kali masuk ranking 3 besar. Alhamdulillah," kata Rizal saat berbincang dengan Kompas.com di rumahnya di daerah Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Rabu (23/09/2015).
Johansyah (48), ayah Rizal mengaku, telah berulang kali melarang putranya jualan. Ia ingin Rizal fokus pada sekolahnya.
Namun putra keduanya itu bersikeras untuk berjualan kue dan jus keliling.
"Saya baru tahu kalau Rizal jualan itu setelah dua hari. Soalnya saya keliling jualan gas dan aqua, pulangnya sore," ujar Johansyah (48) dalam kesempatan yang sama.
"Kalau ibunya lebih tegas, nilai sekolah jelek enggak usah jualan. Fokus belajar," tambah Johansyah.
Rizal memegang teguh kata-kata ibunya. Sepulang sekolah, sekitar pukul 14.00 Rizal keluar rumah mejajakan kuenya. Ia baru kembali ke rumah sekitar pukul 18.00.
"Sampai rumah kan Maghrib, mandi terus salat. Setelah itu belajar," tuturnya.
Dia ikut bimbingan belajar di masjid dekat rumahnya dari pukul 20.00 sampai 21.00. Sepulang belajar dari masjid, ia mengaku menambah lagi jam belajarnya di rumah.
"Kalau sampai jelek saya pasti engga boleh jualan. Jadi harus terus dapat nilai bagus," kata dia.
Nilai jelek
Saat kelas 3 SD, cerita Rizal, ia pernah mendapat nilai di bawah 80. Mengetahui hal itu, ibunya melarang Rizal jualan.
"Saya disuruh berhenti jualan. Kata ibu buat apa jualan kalau nilai sekolah saya jelek. Yang penting itu fokus sekolah dan tidak lupa ibadah," tuturnya.