Satu JCH Asal Sleman Meninggal Pada Tragedi Mina
Ardani yang saat itu menggunakan kursi roda lantaran alasan kesehatan, terjebak di tengah dua gelombang jamaah yang berdesakan.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Reporter Tribun Jogja, Angga Purnama
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Ardani Bin Ali Siradj (75), jamaah asal Dusun Kenteng, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, menjadi korban meninggal dalam insiden di Mina, yang terjadi pada Kamis (24/9/2015) kemarin.
Ardani merupakan jamaah yang tergabung dalam Kelompok Bimbingan Haji Indonesia (KBIH) Hajar Aswad dan masuk dalam Kloter Haji 29 Kabupaten Sleman.
Ia berangkat bersama putranya yang masuk dalam kloter yang sama, Muhammad Taufik Arifianto (37) pada 30 Agustus lalu.
Informasi yang didapat dari pihak keluarga, saat insiden terjadi Ardani dan putranya bermaksud menuju lokasi lempar jumroh bersama rombongan.
Namun mendekati jalan 204 yang menjadi titik insiden, rombongan Ardani mendapati lokasi yang padat dengan jamaah.
Lantaran tidak dapat melintas, rombongan bermaksud berbalik arah dan kembali ke tenda. Namun dari arah berlawanan muncul gelombang jamaah yang akan menuju lokasi insiden.
Kendati jumlah jamaah yang datang cukup banyak, rombongan dari Sleman itu bermaksud menghindar.
Tak dinanya, gelombang jamaah datang dari belakang rombongan yang juga berusaha menghindari insiden. Desak-desakan pun tidak dapat dihindarkan.
Ardani yang saat itu menggunakan kursi roda lantaran alasan kesehatan, terjebak di tengah dua gelombang jamaah yang berdesakan.
Hingga akhirnya ia terjengkang dari kursi roda yang digunakannya, nahas ia terinjak jamaah lain.
Mengetahui adanya anggota yang terluka, rombongan serta merta melarikan Ardani ke rumah sakit terdekat. Meski sempat mendapatkan penanganan medis, Ardani meninggal dunia.
Sedangkan putranya yang mendampingi selamat dari insiden tersebut dan hanya mendapatkan luka ringan.
“Kami mendapatkan kabar kepastian meninggalnya Pak Ardani Jumat (25/9/2015) dini hari,” ungkap Hapsoro (49) keponakan Ardani saat ditemui di rumah duka, Jumat (25/9/2015).
Menurutnya almarhum terpaksa menggunakan kursi roda lantaran pernah mengalami patah tulang kaki. Sehingga dengan pertimbangan kesehatan, tim medis rombongan meminta Ardani menggunakan kursi roda.
“Sebenarnya Pak Ardani mampu berjalan sendiri. Karena sebelum berangkat belum menggunakan kursi roda,” katanya.
Ardani menginggalkan dua orang anak, Hidayah indriastuti (40) dan Muhammad Taufik Arifianto yang saat ini masih berada di Tanah Suci.
Hingga saat ini keluarga masih menunggu perkembangan dari Tanah Suci terkait pemakaman jenazah Ardani.
Meninggalnya Ardani menambah duka JCH asal Sleman. Sebelumnya, Sriyono (48), jamaah haji asal Sleman meninggal dalam insiden robohnya crane di Masjidil Haram.