Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Harga Solar Bersubsidi di Jogja Belum Turun

Pemerintah telah mengumumkan kebijakan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi, sebesar Rp200 per liter.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Harga Solar Bersubsidi di Jogja Belum Turun
IST
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Pemerintah telah mengumumkan kebijakan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi, sebesar Rp200 per liter.

Artinya, harga solar yang sebelumnya seharga Rp6.900 kini menjadi Rp6.700 per liter.

Namun begitu, hingga kini belum diketahui pasti kapan kebijakan itu akan diberlakukan di daerah-daerah, termasuk DIY.

Branch Marketing Manager Pertamina wilayah DIY-Surakarta, Freddy Anwar, pun mengakui bahwa sampai saat ini belum ada informasi spesifik terkait penerapan kebijakan tersebut di daerah.

Pihaknya hanya menunggu instruksi lebih lanjut dari pusat terkait harga solar bersubsidi di pasaran dan penerapan konkritnya.

“Untuk penerapannya kami masih menunggu info dari pemerintah. Kami stand by saja untuk implementasinya,” kata Freddy, Kamis (8/10/2015).

Adapun berdasarkan data Pertamina, konsumsi solar di wilayah DIY terbilang kecil, sekitar 350 kiloliter (KL) per hari.

Berita Rekomendasi

Angka tersebut menurun dibandingkan rata-rata harian pada 2014 yang mencapai 8 persen.

Konsumsi BBM di DIY lebih banyak didominasi Premium yang mencapai 1.400 KL per hari sementara Pertamax di kisaran 300 KL per hari dan BBM jenis Pertalite yang baru diluncurkan hanya sekitar 3,5 KL per hari.

Secara logika, lanjut Freddy, tarif angkutan umum atau industri kecil sebagai konsumen utama solar mestinya bakal menurunkan tarifnya.

Namun, karena harga spareparts atau suku cadang kendaraan tidak begitu saja langsung turun, dimungkinkan tarif angkutan umum juga tidak serta merta ikut turun.

Sementara itu, Ketua Himpunan Swasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana Migas) DIY, Siswanto mengatakan, sekitar 90 persen konsumsi solar memang diserap oleh sektor usaha kecil dan transportasi umum.

Pihaknya memrediksi tidak akan terjadi gejolak peningkatan konsumsi solar yang tinggi meskipun harganya menurun. Apalagi, penurunan harga solar ini juga terbilang sedikit setelah sekitar setahun belakangan tidak ada perubahan harga.

“Penurunannya kan hanya satu koma sekian persen. Penggunanya juga hanya itu-itu saja. Misalkan, sekarang sebuah usaha konsumsinya 3 ton (sekitar 3 KL) per hari, ya pakainya hanya segitu saja. Kalau untuk angkutan, pastinya tergantung penambahan jumlah kendaraannya juga,” kata Siswanto. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas