Dunia Kembali 'Melihat' Aceh, ISKA Suarakan Keprihatinannya
Aceh bukan milik masyarakat Aceh saja, tetapi Aceh milik Indonesia dan juga dunia.
Penulis: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Dunia 'melihat' ke Aceh kembali dengan munculnya tindakan intoleransi penyerangan gereja-gereja di Kabupaten Singkil, Aceh.
Peristiwa ini mencuatkan keprihatinan yang amat mendalam dalam hidup bermasyarakat dan berbangsa. Pasca tsunami 2014, Aceh dibangun dalam semangat toleransi, pluralisme dan kemanusiaan.
Oleh karenanya, Aceh bukan milik masyarakat Aceh saja, tetapi Aceh milik Indonesia dan juga dunia.
Sehingga kasus kekerasan atas nama agama yang terjadi di Singkil mencoreng semangat kerukunan dan perdamaian yang telah tumbuh dalam masyarakat.
Demikian ditegaskan oleh Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) melalui rilisnya kepada Redaksi Tribunnews terkait dengan kasus Singkil, Aceh, pada Rabu (14/10).
Ketua Umum Presidium ISKA, Muliawan Margadana dan Sekjen ISKA, Joanes Joko secara lengkap menyatakan seabagai berikut:
1. Seperti yang telah ketahui bersama pada hari Selasa, 13 Oktober 2015, telah terjadi penyerangan oleh massa Intoleransi ke gereja-gereja di Kabupaten Singkil, Aceh.
Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya korban meninggal dan luka sesama anak bangsa serta pengungsian masyarakat akibat situasi keamanan yang tidak menentu.
Berkaitan dengan kejadian ini, maka Presidium Pusat Ikatan Sarjana Katolik Indonesia menyatakan keprihatinannya.
2. Kita semua percaya bahwa hak beragama, berkeyakinan dan mengaktualisasikan keimanan dalam beribadat adalah hak setiap warga negara yg dijamin oleh Undang-undang Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
3. Masyarakat Aceh pasca Tsunami 2004 adalah masyarakat cinta damai yang telah dibangun kembali dengan semangat toleransi, pluralism dan solidaritas yang menghargai dan menjunjung tinggi Kemanusiaan.
Semangat Aceh bukan hanya milik masyarakat aceh saja tetapi juga milik masyarakat Indonesia dan dunia.
Maka kekerasan atas nama agama telah mencoreng semangat kerukunan dan perdamaian yang telah tumbuh di Bumi Rencong.
4. Penyerangan terhadap rumah ibadat sejatinya merupakan penyerangan terhadap logika dan keyakinan kemanusiaan yang menyadari kelemahannya sebagai mahluk ciptaan Allah yang Maha Esa.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.