Warga Grobogan Akan Kubur Kembali Temuan Situs Medang Kemulan Kalau Tak Ada Respon Pemerintah
Masyarakat akan melanjutkan upaya penggalian setelah ada lampu hijau pemerintah setempat, maupun Balai Arkeologi serta Balai Pelestarian Cagar Budaya
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Puthut Dwi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN - Warga Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah kembali melanjutkan upaya penggalian di lokasi penemuan sebuah konstruksi bangunan yang diduga merupakan sisa peninggalan kerajaan Medang Kamulan, Sabtu (17/10/2015).
Kepala Desa Banjarejo, AhmadTaufik, menyampaikan penggalian yang berlangsung kali ini hanya bersifat sementara saja.
Usai menelusuri serta memastikan jika bangunan itu masih berhubungan dengan penemuan bangunan awal, pihaknya lantas menghentikan upaya penggalian.
Dikatakannya, masyarakat akan melanjutkan upaya penggalian setelah ada lampu hijau dari pemerintah setempat maupun Balai Arkeologi serta Balai Pelestarian Cagar Budaya.
"Buat apa diteruskan, toh tak ada tanggapan dari pemerintah. Saya sudah laporkan baik melalui email maupun telepon, tapi tak ditanggapi juga, " tegas Taufik.
Masyarakat Desa Banjarejo meyakini jika wilayahnya menyimpan nilai historis tentang peradaban Kerajaan Medang Kamulan.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya secara bertahap benda-benda peninggalan kerajaan seperti perhiasan jaman kerajaan, alu, lesung, dan benda serupa candi.
Cerita turun temurun dari nenek moyang setempat menyebutkan jika konon Desa Banjarejo merupakan wilayah kekuasaan Prabu Dewata Cengkar dan Ajisaka.
Balai Arkeologi Yogyakarta telah berulangkali melakukan penelitian di Desa Banjarejo sejak bertahun-tahun.
Bahkan pada tahun ini, kata Taufik, Balai Arkeologi Yogyakarta berencana akan melakukan pemetaan lokasi kerajaan di Desa Banjarejo.
Petani Desa Banjarejo, Teguh Haryadi, mengaku siap jika lokasi sawahnya yang menjadi satu diantara titik lokasi penemuan bangunan tersebut dijadikan untuk studi penelitian pemerintah.
Hanya saja, sambung dia, jika dalam kurun waktu sepekan ini tidak juga ada respon dari pihak terkait, dirinya akan mengubur penemuan bangunan tersebut untuk dijadikan lahan pertanian seperti semula.
"Saya kan butuh makan juga mas. Jadi sawah akan saya buka kembali untuk pertanian. Namun jika mau dipakai untuk penelitian, saya tidak masalah. Silahkan saja, " terang Teguh.