Kopi Liberika dari Jambi Akhirnya Dapat Lisensi
Setidaknya ada 2.700 hektare kebun kopi ini di Kecamatan Betara dengan dikelola oleh 16 kelompok tani.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Awang Azhari
TRIBUNNEWS.COM, KUALA TUNGKAL - Tanjung Jabung Barat sudah sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil kopi jenis liberika, dengan buah yang lebih besar ketimbang kopi jenis lain.
Setidaknya ada 2.700 hektare kebun kopi ini di Kecamatan Betara dengan dikelola oleh 16 kelompok tani.
Produksi kopinya pun sudah cukup variatif, banyak petani yang memproduksi dalam bentuk kopi luwak, karena memiliki harga yang cukup tinggi.
Untuk kopi luwak liberika di pasaran memiliki harga Rp 300 ribu per kilogram bahkan lebih.
Pasarnya bukan di Jambi, sampai saat ini ada beberapa kota di Indonesia yang menjadi tujuan penjualan seperti Palembang, Jakarta, Bandung dan Malang.
Selain itu kopi liberika juga diekspor ke beberapa negara diantara Singapura dan Malaysia.
Kini masyarakat Tanjab Barat patut berbangga, karena setelah puluhan tahun menjadi komoditi utama masyarakat terutama di Kecamatan Betara, kopi Liberika Tungkal Komposit akhirnya mendapatkan lisensi dalam bentuk sertifikat indikasi geografis yang dikeluarkan oleh Kementrian Hukum dan HAM.
Sertifikat ini diterima langsung oleh Wakil Bupati Tanjung Jabung Barat, Katamso di Jakarta pada 30 Oktober lalu.
Ini menjadi modal besar sebelum petani menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Sertifikat ini kata Katamso juga menjadi sebuah tantangan besar bagi pemerintah dan masyarakat, khususnya petani untuk meningkatkan kualitas produksi kopi jenis ini.
"Dengan adanya lisensi yang diraih, harapannya produksi kopi dapat dipertahannkan kualitasnya, jangan sampai menurun. Kemudian jangan sampai lahan yang ada dialih fungsikan misalnya dari kopi ke sawit. Sebab sertifikat lisensi ini merupakan Brand Tanjabbar, sesuatu yang dibanggakan," kata Katamso.
Apa yang disampaikan oleh Wabup seyogyanya memang menjadi perhatian pihak-pihak terkait, belajar dari pengalaman perkebunan karet, dulu sempat menjadi komoditi utama di Tanjab Barat, namun lambat laun hilang karena beralih ke kebun kelapa sawit.
Hal ini disesalkan oleh banyak pihak termasuk Bupati Usman Ermulan, karena sawit menurut bupati memiliki dampak yang kurang baik terhadap lingkungan.
Tentu saja nasib kopi liberika jangan sampai sama dengan kebun karet, dari 2.700 hektare lahan yang kini ditanam kopi, harapannya terus bertambah, karena keberadaan kopi Liberika Tungkal Composit bukan sekedar berbicara soal ekonomi atau penghasilan, namun kini sudah menjadi identitas daerah
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.