Buku Kerja Siswa SD Memuat Kata Pelacur, Malang Jadi Heboh
Buku Kerja Siswa (BKS) atau akrab disebut LKS tematik 4 "Sehat Itu Penting" untuk siswa kelas 5 SD/MI semester 1 jadi bahan gunjingan warga Malang.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Buku Kerja Siswa (BKS) atau akrab disebut LKS tematik 4 "Sehat Itu Penting" untuk siswa kelas 5 SD/MI semester 1 jadi bahan gunjingan warga Malang.
Sebab di halaman 34 tentang "Ayo Menambah Wawasan" yang membahas soal tanggungjawab ada kata pelacur.
Topiknya di halaman itu mengenai macam-macam tanggung jawab.
Disebutkan, di halaman itu mengenai tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta Tuhan.
Dalam contoh tanggungjawab 2 membahas mengenai tanggungjawab terhadap keluarga.
Kemudian dituliskan kalimat contoh:
Seorang ibu hidup dengan tiga anaknya. Karena suaminya meninggal dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, walaupun harus menjadi pelacur sekalipun, demi memberikan kehidupan dan tanggungjawab atas ketiga anaknya.
Kata "pelacur" dinilai sangat tidak layak untuk dijadikan contoh pekerjaan untuk anak SD.
Adanya kata itu, membuat SD memilih tidak mendistribusikan buku itu ke siswanya.
Kebetulan juga buku BKS itu baru diterima sekolah dan belum didistribusikan ke siswa.
"Kami memilih tidak mengedarkan ke siswa," jelas Didit Harianto, Kepala SDN Bandungrejosari 1 Malang kepada SURYA.co.id, Kamis (12/11/2015).
Menurutnya, adanya kata "pelacur" itu sebagai "kecolongan" dari tim editor buku. Namun diyakini bukan sebagai kesengajaan.
"Mungkin lain kali agar tidak terjadi seperti ini, satu tematik, editornya satu biar bisa konsen pada editing bukunya," tutur Didit.
Buku BKS dibuat oleh Tim KKG (Kelompok Kerja Guru Kota Malang) dibawah bimbingan pengawas sekolah.
Ny Anita, wali murid siswa kelas 5 juga kaget mendapati ada kata itu di buku LKS anaknya yang sudah dibagi oleh sekolahnya.
"Banyak pekerjaan lain bisa dicontohkan mengenai tanggungjawab ibu terhadap anaknya jika suami meninggal dunia," ungkapnya.
Meski anaknya kurang "ngeh" dengan kata pelacur, ia khawatir anaknya akan mencari informasi itu di internet lewat ponselnya setelah heboh LKS ini.
Ia berharap ada revisi pada kata itu sehingga siswa tetap bisa memanfaatkan buku yang sudah terlanjur dibagikan.
Sebab jika buku tidak dipakai, berapa nilai pemborosan anggaran negara karena keteledoran ada kata "pelacur" muncul di BKS.
Padahal buku-buku itu sudah terlanjur dicetak dan didistribusikan di sekolah-sekolah.