1.000 Santri Ikut Bela Negara Empat Hari Berlayar Bersama KRI Banda Aceh
Sekitar seribu santri dari Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Pasuruan, dan daerah lain mengikuti program Bela Negara di atas KRI Banda Aceh.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Nuraini Faiq
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sekitar seribu santri dari Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya, Pasuruan, dan daerah lain mengikuti program Bela Negara yang digagas Mabes TNI bersama PBNU agar mereka lebih mencintai Tanah Air.
Salah dari sekian caranya mengajak santri berlayar di atas KRI Banda Aceh di mana mereka tidak saja mendapat pengetahuan dan mengaji Bela Negara, tapi juga sikap disiplin yang harus dipedomani dan dilaksankan.
Para santri itu dikumpulkan di Pangkalan Laut Armatim di Perak Surabaya, Senin (23/11/2015) dan mulai pagi, mereka yang biasanya bersarung itu pun harus menyesuaikan diri menggunakan celana dan bersepatu.
"Kami bangga bisa berlayar di kapal besar begini. Kami siap ikut pelatihan bela negara," ujar Muhammad Iqbal, santi dari salah satu pondok pesantren di Bogor, Jawa Barat.
Iqbal bersama ratusan santri lainnya baru saja tiba dari Jakarta kemarin pagi. Di atas kapal itu, mereka tidak saja bisa nyaman menginap tapi juga bisa melakukan kegiatan apa pun, bahkan untuk salat jemaah pun bisa.
"Ada juga lapangan untuk main futsal. Untuk baris dan upacara juga ada," kata Fairuz, santri yang lain.
Para santri asal Jakarta dan Jabar itu begitu mengagumi potensi laut, terlebih bisa bergabung dengan santri dari seluruh Jatim. Sebanyak seribu santri itu diajak upacara bersama dipimpin Panglima Armada Indonesia Kawasan Timur Lasksamana Muda TNI Darwanto.
Upacara Pelayaran Santri Bela Negara ini juga dihadiri pengurus PBNU, Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah, Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, dan pengurus PWNU lainnya serta perwakilan pejabat TNI. Hadir pula mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Selain mengikuti upacara, mereka juga dihadirkan untuk memberi materi. Para tokoh itu memberi dorongan agar seribu santri itu bisa memahami konteks kebangsaan. Selain semacam kuliah, para santri itu harus praktik baris berbaris dan berdisiplin.
Selama satu hari sejak kemarin, para santri harus dipaksa membiasakan diri mengaji materi di luar ponpes. Mereka dilibatkan dalam mengaji wawasan kebangsaan. Semangat mereka juga dibangkitkan untuk mencintai NKRI.
"Ini program sinergi TNI dengan NU. Dengan semua masyarakat pun, TNI harus bersatu padu menegakkan kesatuan RI. Kami sepakat untuk menguatkan tekad membela negara bersama santri," ucap Laksamana Muda TNI Darwanto.
Meski rata-rata berbadan kecil, para santri itu siap jika dipaksa berlatih ala militer. Namun Wakil Gubernur Gus Ipul menyampaikan bahwa program bela negara kepada santri itu tak perlu ada kekerasan fisik. Sampai dipaksa bergerak di luar kemampuan fisiknya.
"Tidak-lah. Tak ada kekerasan fisik. Kalau baris dan upacara harus. Para santri perlu mengaji cinta tanah air. Biar cinta tanah air tak milik tentara," kata Gus Ipul.
Bentuk cinta tanah air itu harus direvenkan kepada santri. Selain menuntut ilmu sungguh-sungguh di ponpes, mereka harus megimplementasikan kecintaan kepada tanah air.
"Cinta tanah air itu bagian dari iman. NU sudah membuktikan bersama pahlawan merebut kemerdekaan. Saat ini cinta tanah air harus disesuaikan memang," kata Ketua PWNU Jatim KH Mutawakkil Alallah.