Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jelang MEA, Pemerintah Lirik Bambu Sebagai Potensi

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mulai mengidentifikasi potensi bambu untuk menjadi peluang Indonesia

Editor: Sugiyarto
zoom-in Jelang MEA, Pemerintah Lirik Bambu Sebagai Potensi
idea

Laporan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG  - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mulai mengidentifikasi potensi bambu untuk menjadi peluang Indonesia menyongsong masyarakat ekonomi Asean (MEA).

Pasalnya bambu merupakan alternatif kayu yang paling utama dalam industri berbasis kayu.

Kasubdit Pengembangan Usaha Kemitraan Hutan Rakyat dan Hutan Adat Kemen-LHK, Eri Indrawan, mengatakan, penggunaan bambu sebagai bahan industri di Indonesia terbilang masih minim.

Hal itu sangat dipengaruhi belum banyaknya petani bambu di Indonesia.

"Makanya diharapkan kami menyiapkan penanaman tapi prisnipnya harus jelas harganya dari petani."

"Karena selama ini banyak program yang didorong pemerintah seringkali terjebak situasi ada barangnya tapi harga jatuh."

Berita Rekomendasi

"Makanya kami tidak ambil risiko. Industri harus terbentuk dulu baru penanaman," ujar Eri kepada Tribun di Hoten Banana Inn, Jalan Setiabudhi, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/11).

Sejauh ini, lanjut Eri, harga bambu per batangnya hanya Rp 3 ribu sampai Rp 150 ribu tergantung dari jenisnya.

Akibatnya masyarakat jarang menanamnya terutama di lahan milik masyarakat. Alasan itu pula bambu masih menjadi tanaman konservasi dan lingkungan.

"Kalau lahan masyarakat itu artinya bicara ekonomi dan tidak mungkin menanam bambu dengan dijual Rp 3 ribu."

"Mereka milih kayu sengon yang jelas nilainya ketika masuk industri. Makanya industri juga harus sadar kalau petani mau menanam jika nilainya bagus," ujar Eri.

Untuk meningkatkan harga, lanjut Eri, pihaknya tengah mengupayakan berbagai cara termasuk memanfaatkan hutan rakyat.

Namun tentunya kesejahteraan petani hutan rakyat juga harus diperhatikan jika nilainya belum menguntungkan.

Pihaknya tengah membuat skema keuangan yang membantu petani baik melalui koperasi. Selain itu koperasi menjaga petani tidak menjual bambu dengan harga yang murah.

"Memang Sulit ditemukan petani bambu karena langka karena marjinal tumbuhnya di lahan, pinggir sungai, karena karekternya memperkuat lahan dan itu yang dipakai industri."

"Tak heran industri juga devisit bahan baku karena mereka tidak survei dulu dan tidak pikir jangka panjang."

"Kalau integreted maka akan memikirkan supaya di petani bisa senang dan mendapatkan marjin," ujar Eri.

Adapun penggunaan bambu erat dengan budaya, konservasi, alat rumah tangga, konstruksi bangunan, teknologi, sampai desai interior.

Besarnya potensi industri bambu di Indonesia, kata Eri, memiliki lahan yang besar untuk menanam bahan baku.

Jawa barat sendiri terdapat budidaya bambu di Tasikmalaya yang dikelola secara kelembagaan.

Produksi bambu itu sendiri kini dimanfaatkan komunitas budaya di Kota Bandung.

"Petani ini juga kami minta bisa memproduksi barang dari bambu, tidak hanya menanam sehingga mereka punya nilai tambah."

"Karena memang harapan kami petani yang eksis meski butuh waktu," ujar Eri seraya memastikan kenbali potensi industri bambu sangat besar.

"Kita juga harus hati-hati karena Vietnam dan Filipina sudah di belakang." (cis)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas