Tiru Adegan Saling Pukul '7 Manusia Harimau', Bocah SD di Rokan Hulu Tewas
Has, bocah kelas 1 SD, korban pengeroyokan oleh lima temannya di sekolah, akhirnya mengembuskan nafas terakhir
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Has, bocah kelas 1 SD Yayasan Islam Zaidar Yahya, korban pengeroyokan oleh lima temannya di sekolah, akhirnya mengembuskan nafas terakhir, Selasa (28/4/2015) malam sekitar pukul 22.00 WIB.
Ayah korban, Hasrul, menuturkan, pada tiga hari belakangan ini, Has selalu ingin dekat adiknya, Ram.
"Pak, aku mau dekat ama adek. Aku juga mau tidur sama adek. Itulah kata-kata selalu keluar dari mulutnya tiga hari belakangan," papar Hasrul saat ditemui di kediamannya di Desa Pematang Berangan, Kecamatan Rambah, Rokan Hulu, Rabu (29/4/2015).
Menurut Hasrul, beberapa hari terakhir Has selalu diam dan hanya berbicara seperlunya. Aktivitas keseharian Has selalu berbaring sambil sesekali bermain dengan adiknya berumur satu tahun.
Efek sinetron
Ia mengungkapkan, Has sebenarnya anak yang aktif, ceria, dan senang bercanda. Namun akibat pengeroyokan menimpanya Februari lalu, sifatnya berubah drastis.
Ketika itu, Has dan beberapa kawan-kawannya bermain silat-silatan menirukan gaya di sinetron "7 Manusia Harimau" yang tayang di satu televisi swasta nasional.
Dalam main-main tersebut, kawan-kawannya ada yang memukul sapu, memukul serta menendang, layaknya sinetron laga.
Kepala SD Islam Yahya di Yayasan Zaidar Yahya Pasirpengaraian, Rokan Hulu, Riau, Hamsanah, menceritakan, ketika itu, berdasarkan pengakuan teman-teman Has, saat istirahat korban bermain mempraktikkan gaya harimau, seperti di sinetron tersebut.
Kemudian ada satu kawan Has mencoba menaiki punggung korban.
"Namanya anak-anak, mungkin sedang bergurau. Saat itu memang ada pemukulan menggunakan sapu. Tapi sapunya terbuat dari plastik, dan tangan kawannya pun lebih kecil dari gagang sapu yang dipakai untuk memukulnya," jelasnya.
Usai pemukulan dan pengeroyokan bermula dari bermain-main peran seperti di sinetron tersebut, Has lebih pendiam.
Apalagi setelah peristiwa itu, Has menderita kelumpuhan. Otomatis ruang geraknya menjadi terbatas.
Ia hanya bisa berbaring. Kalau ingin bergerak pun harus dibantu dan digendong orang lain.
"Sebelumnya, dia selalu bermain dengan temannya dengan penuh senyuman dan tawa. Setelah kejadian itu, dia selalu murung dan tak pernah lagi terlihat ceria," paparnya.
Tak membaik
Hasrul ikut sedih melihat kondisi anak sulungnya itu. Segala pengobatan telah Hasrul upayakan untuk kesembuhan sang buah hati. Mulai medis hingga tradisional, namun kondisi Has tak kunjung membaik.
Ia juga sudah melakukan mediasi dengan sekolah, dan keluarga para pelaku guna meminta bantuan pengobatan.
Namun usahanya tidak membuahkan hasil maksimal. Karena keterbatasan biaya, Has terpaksa dirawat di rumah dengan pengobatan seadanya.
Meski keluarga sudah berupaya dengan segala cara, Tuhan berkehendak lain.
Has tak kuasa menahan derita yang sudah menderanya selama dua bulan. Bocah laki-laki itu akhirnya berpulang ke Rahmatulah.
Kepergian Has membuat keluarga terpukul. Suara tangisan keluarga, terutama sang ibu, Suliandra tak kunjung reda saat melihat jasad anaknya sebelum dikebumikan di pemakaman umum desa setempat.
Kepala SD Yayasan Islam Zaidar Yahya, Hamsanah mengatakan, sekolah turut berduka dengan kepergian Has untuk selama-lamanya.
"Saya ikut berbela sungkawa atas kepergiannya. Apalagi dia sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri," tuturnya.
Mengenai proses hukum yang sedang berjalan, pihak sekolah akan menyerahkan sepenuhnya kepada Polres Rokan Hulu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.