Roket Air dari 58 Siswa se-Asia Pasific Meluncur di Renon
Sebanyak 58 siswa-siswi SMP dari 12 negara, Minggu kemarin, bersiap-siap menantikan dibukanya kompetisi peluncuran roket.
Editor: Dewi Agustina
![Roket Air dari 58 Siswa se-Asia Pasific Meluncur di Renon](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/roket-air-buatan-di-renon_20151130_114341.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Sam Somalin, siswi perwakilan dari Kamboja grogi begitu melihat beberapa roket yang belum berhasil meluncur ke area target.
Ia sedang menunggu giliran dalam kompetisi peluncuran roket yang menjadi rangkaian The 22nd Session of the Asia-Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF-22) di Lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar, Bali, Minggu (29/11/2015).
Walau begitu, ia tetap optimistis bisa berhasil meluncurkan roket buatannya.
"I am little bit nervous but still excited and optimistic to win this competition. Hopefully," ujar gadis berkacamata bening ini.
Sebanyak 58 siswa-siswi SMP dari 12 negara, Minggu kemarin, bersiap-siap menantikan dibukanya kompetisi peluncuran roket yang menjadi rangkaian APRSAF-22.
Raut tegang pun tampak pada wajah Joseph Martin Hasidungan, dari SMP Pax, Bekasi, Indonesia.
Meskipun telah berhasil menjadi satu di antara 4 peserta perwakilan Indonesia yang mengikuti Water Rocket Event hingga tahap Asia Pasific, menurut Joseph masih banyak faktor yang memengaruhi keberhasilannya dalam menerbangkan roketnya di kawasan Lapangan Niti Mandala Renon.
"Optimistis menang, tapi tergantung kondisi anginnya nanti. Ini yang sulit saat meluncurkan roketnya nanti," ujar Joseph sambil menunjukkan roket dari botol minuman kreasinya kepada Tribun Bali (Tribunnews.com Network).
Hal tersebut dibenarkan oleh Ika, Kepala Sub-Divisi Promosi dan Kerja Sama IPTEK.
Menurutnya ada beberapa variable yang memengaruhi teknis penerbangan roket air tersebut.
Antara lain angin dan cuaca, air, tekanan, serta jarak dari titik launcher hingga target.
"Yang utama adalah kondisi angin dan cuaca saat proses menerbangkan roket. Kalau anginnya besar seperti sekarang ini, mereka harus pandai-pandai mengatur tekanan dalam roket tersebut," ujarnya.
Memang sepintas terlihat mudah untuk menerbangkan roket tersebut, hanya dengan menekan tombol saja.
Namun faktor-faktor yang menentukan keberhasilan peluncuran ini sangat berpengaruh untuk membuat roket ini berhasil diluncurkan ke titik target yang berjarak 80 meter tersebut.
Kompetisi yang berlangsung tiap tahun ini, menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, sebagai bentuk edukasi yang dikemas secara menyenangkan untuk para siswa dalam rentang usia 12-16 tahun.
Menurut Thomas, para siswa bisa belajar prinsip teknologi roket yang mereka buat dari tabung atau botol minuman.
Mulai dari proses pembuatan hingga teknis peluncuran roket tersebut berdasarkan prinsip gaya dorong dari air dan udara yang terkandung di dalamnya.
"Di sini sekaligus ajang pembelajaran bagi para siswa tersebut tentang prinsip kerja roket. Dan dengan menggunakan botol minuman, ini menjadi media edukasi yang aman untuk mereka," ujarnya.