Karena Batu Bata, Pembangunan Air Mancur di Museum SMB II Dihentikan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel yang mengetahui penemuan tersebut langsung bergerak ke lokasi dan mengecek penemuan tersebut.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Sumsel, M Syah Beni
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Balai Arkelogi Sumatera Selatan meminta pembangunan air mancur di halaman museum Sultan Mahmud Badarudin II dihentikan, Minggu, (6/12/2015).
Ini lantaran adanya penemuan susunan batu bata peninggalan Keraton Kuto Batu di halaman tersebut.
"Telah ditemukan struktur bangunan bekas keraton kutobatu di halaman museum SMB II. Proses penemuan tdk sengaja, karena ada pembangunan fasilitas oleh Dinas PU. Saya minta agar proses pembangunan dihentikan," ujar Retno Purwanti selaku arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel yang mengetahui penemuan tersebut langsung bergerak ke lokasi dan mengecek penemuan tersebut.
Pengecekan ini dilakukan untuk mengetahui apa benar proses pembangunan air mancur tersebut berhubungan dengan penemuan struktur batu bata peninggalan keraton kuto batu.
Seorang tukang gali proyek pembangunan air mancur di halaman Museum Sultan Mahmud Badarudin II menemukan batu bata dari zaman keraton kuto batu Palembang, Sabtu, (5/12/2015)
Batu bata ini memiliki panjang sekitar 30 centimeter dan ketebalan sekitar 10 centimeter.
Batu bata ini disinyalir bagian dari tembok keraton yang memisahkan halaman antara tempat raja, ratu, dan putri.
Darwiji, kepala tukang pembangunan air mancur Museum SMB II mengatakan batu bata itu berada di kedalaman 60 centimeter dari permukaan tanah.
Melihata batu bata yang ukurannya tidak biasa itu ia lantas menghubungi orang museum.
"Aneh saja lihat batanya. Saya yakin ini benda bersejarah," ujarnya kepada Tribun Sumsel.
Retno Purwanti, arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel mengatakan bahwa benar batu bata itu bagian dari keraton Kuto Batu.
Dijelaskannya, dilihat dari tekstur bahan perekat antara bata satu dan lainnya sama sekali tidak menggunakan semen melainkan bubuk batu karang.
"Tebal perekatnya bisa sampai 10 centimeter," ujarnya
Penemuan batu bata yang disebut arkeolog sebagai bekas tembok Keraton Kuto Batu Palembang akan diteliti di Balai Arkeologi Sumatera Selatan.
Menurut Retno lokasi Museum Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II saat ini dahulunya adalah keraton.
Keraton tersebut lantas diratakan dengan tanah atas perintah Van Sevenhoven yang kemudian dibangun rumah Regeering Commissaris yang sekarang menjadi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
"Keraton kuto batu ini ada pada akhir abad 18, umur batu bata ini lebih dari 200 tahun," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.