Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Berikut Cara Kerja Piranti Antisadap Buatan Dalam Negeri

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia akan menggunakan alat antisadap buatan PT Hariff Daya Tunggal Engineering, Bandung, Jawa Barat.

Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
Tribun Jabar/Teuku Muh Guci S
Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, meyaksikan alat antisadap produksi PT Hariff Daya Tunggal Engineering, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2015).
Tribun Jabar/Teuku Muh Guci S
Alat antisadap produksi PT Hariff Daya Tunggal Engineering, Bandung, Jawa Barat, Senin (7/12/2015).

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kementerian Pertahanan Republik Indonesia akan menggunakan alat antisadap buatan PT Hariff Daya Tunggal Engineering, Bandung, Jawa Barat.

Menurut Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, piranti antisadap karya anak bangsa sangat dibutuhkan pemerintah Indonesia, karena piranti antisadap yang dimiliki Indonesia rawan disadap lantaran produk luar negeri.

Presiden Direktur PT Hariff Daya Tunggal Engineering, Budi Permana, menjelaskan, piranti antisadap buatan perusahannya merupakan pengembangan jaringan aman mandiri (JAM).

Untuk mencegah penyadapan pihak luar, pihaknya menciptakan piranti jaringan berbasis protokol dan enkripsi khusus yang dinamis menggunakan pengamanan hardware dan software yang didesain secara unik dan mandiri.

"Yang kami lakukan itu membuat jaringan tidak bisa disadap karena kami pakai protokol khusus buatan kami sendiri. Tapi jaringan ini bisa dipergunakan untuk alat komunikasi yang umum dan ada di pasaran," ujar Budi kepada wartawan di kantornya, Senin (7/12/2015).

Piranti antisadap buatan PT Hariff bisa mengamankan jaringan video, data, audio, dan lainnya, hingga 20 tahun ke depan meski teknologi komunikasi terus berkembang.

Berita Rekomendasi

Menurut dia lewat enkripsi dinamis, kode jaringan yang digunakan bisa berubah sesuai permintaan.

"Misalnya memakai jaringan bahasa Jawa suatu saat orang (penyadap, red) sudah bisa bahasa Jawa. Tiga hari kemudian kami ubah lagi menjadi bahasa Sunda. Jadi penyadap itu bingung ini bahasa apa. Itu bisa dilakukan menggunakan modikasi software dan bisa dijadwalkan," terang Budi.

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas