Golput Dinilai Sebagai Wujud Perlawanan Rakyat
Dia bilang, masyarakat sudah memahami bahwa memberikan hak suara di Pilkada juga tidak keuntungan seperti pembangunan dan kesejahteraan.
Penulis: Jefri Susetio
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pengamat Sosial dan Politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar mengatakan, rendahnya partisipasi pemilih di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan sebagai bentuk pelawanan warga kepada negara.
"Sekarang masyarakat sedang melakukan perlawanan diam. Teori perlawanan diam ini merupakan senjata bagi orang lemah. Rakyat sedang melawan politik mikro ataupun makro yang sedang berlangsung sekarang ini," katanya kepada www.tribun-medan.com, Kamis (10/12/2015).
Dia bilang, masyarakat sudah memahami bahwa memberikan hak suara di Pilkada juga tidak keuntungan seperti pembangunan dan kesejahteraan.
Bahkan, tradisi yang berlangsung pejabat yang dipilih masuk penjara karena korupsi.
"Pejabat Wali Kota Medan Randiman Tarigan menyampaikan, sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan hak suara di Pilkada," ujarnya.
Ia menyampaikan, Randiman Tarigan juga cerita berulangkali petugas melakukan pengeras suara masjid di beberapa kawasan tidak hanti berkumandang, meminta warga untuk datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Namun, berbagai upaya untuk meminta warga datang ke TPS gagal, masyarakat sudah tidak menghiraukan permintaan pemerintah untuk memberikan hak suaranya. Artinya bahwa golputnya masyarakat menjadi ancaman bagi negara," katanya.